Itu adalah hari setelah aku memberikan “Barusan” di kamar
Tachibana.
Kyoya tidak datang dan berbicara denganku, jadi makan siang
hari ini cukup sunyi.
Aku mengeluarkan roti yang kubeli dari dalam tasku dan mulai
mengunyahnya sambil memainkan ponsel.
Sebagai diriku, aku benar-benar bersyukur karena menggunakan
ponsel diperbolehkan disini.
Peraturan sekolah tidak terlalu mengikat, mungkin karena
bagaimanapun juga ini adalah sekolah bagus.
Aku makan dengan diam, tidak di sapa oleh siapapun
disekitarku.
Di bagian tengah kelas, Kyoya sedang bersenang-senang dengan
beberapa anak laki-laki.
Memenatap ke pintu masuk kelas, aku melihat beberapa siswa berlalu lalang.
Beberapa orang membawa kotak makan siang mereka pergi menuju
halaman sekolah.
Hanya normies yang bisa pergi ketempat yang berisi dengan
banyak orang seperti mereka.
Aku belum pernah ke halaman sekolah sebelumnya.
Ataupun berkeinginan pergi kesana.
“Hmm?”
Saat aku melihat kearah lorong, seseorang yang tidak asing
lewat.
Auranya dapat dilihat dengan jelas di antara lautan siswa,
tentu saja, Tachibana.
Juga, pacar Kyoya, Suzuki Hinata bersama dengan
seseorang berkaca mata.
Dengan keberadaan dari ketiga orang itu, koridor menjadi
lebih terang.
Ini adalah kemampuan dari perempuan cantik...
“Kyoya, ayo pergi”
“Ya, aku datang.”
Hinata memanggil Kyoya dari pintu masuk kelas, ketika Kyoya
meninggalkan kelas dengan membawa kotak makan siangnya di tangannya.
Aku hanya melihat ke sekitar, tapi mataku bertemu dengan
Tachibana, yang berdiri dekat dari sana.
Sebelum aku dapat mengalihkan pendanganku, Tachibana
memberiku anggukan kecil.
Dia benar benar menatap kearahku.
Setelah beberapa saat, aku mengangguk kembali padanya dua
kali, memberinya respon.
Meski kupikir ada orang disekitar kami, aku tetap tidak bisa
mengabaikannya.
Dia sopan seperti biasanya.
Tachibana dan teman-temannya lalu meninggalkan kelas untuk
makan siang.
* * *
Ding Dong.
Aku terbangun karena suara bel pintu.
Siapa itu?
Apa itu pengantar surat kabar?
Aku melihat ke kamera interkom sambil mengusap mataku.
Tapi, tiba-tiba, semua rasa kantukku menghilang.
Rika Tachibana berdiri diluar dengan membawa sesuatu seperti sebuah kantong.
Ada apa ini...
Ketika aku pergi kedepan pintu dan membukannya, aku melihat
Tachibana merasa lega dan melemaskan pundaknya.
“Selamat sore.”
“...Selamat pagi.”
(TN: Ini orang habis bangun tidur, makannya ngelantur)
“Aku berencana mengunjungimu lebih awal, tapi aku tidak tahu
bagaimana cara untuk membalas budi, jadi aku terlambat. Aku benar-benar minta
maaf.”
Saat aku mendengar suarannya, yang berbicara dengan cepat
dan tanpa berhenti, kelihatannya dia telah memikirkannya cukup lama.
Jadi itu ceritannya...
“Aku benar-benar menghargai apa yang kau lakukan kemarin,
terima kasih banyak. Tidak terdapat tanda kecoak di ruanganku sama sekali.”
“Ah, itu melegakan, serius, gunakanlah perangkap kecoak lain
kali.”
“Ya, temanku telah memberitahuku tentang itu. Aku sudah
memasangnya.”
“Kau punya teman yang pintar.”
“Jika kau tidak keberatan, bisa aku masuk kedalam?”
“...Kenapa?”
“Ini, lihat.”
Tachibana mengulurkan tangannya dan memperlihatkan kepadaku
sebuah tas.
Itu adalah tas dari supermarket yang aku telah gunakan
berkali-kali.
Didalamnya ada berbagai macam sayur-sayuran dan daging ayam
dengan kari.
“Ketika aku melihatmu memasak kemarin, aku mengerti
bagaimana cara makanmu. Jadi, aku memutuskan bahwa cara terbaik membalas budiku
padamu adalah memasakkan makanan yang bernutrisi seimbang untukmu."
(TN: Tipikal romcom pada umumnya)
“Oh...”
Aku benar-benar terkesan.
Sejujurnya, aku masih belum bisa melupakan rasa dari bento
buatan Tachibana yang kumakan terakhir kali.
Itu adalah kisah aneh, tapi untuk dapat memakan masakan
buatan rumah lagi...
Tapi...
“Tidak... Itu terlalu berlebihan. Itu tidak sebanding.”
“Hmm...? Apakah begitu?”
Saat aku mengatakannya, mata Tachibana melebar lalu dia
menggelengkan kepalanya.
“Untukku, itu tetaplah tidak cukup. Keuntungan kita berbeda,
jadi agar kita berdua merasa puas akan sedikit sulit,”
“Itu benar... tapi...”
“Jangan terlalu memikirkannya. Kita teman, jadi saat kau
membantuku, aku hanya membalas budi dengan memasak untukmu.”
“Huh? Teman.. kita?”
Aku mengatakannya dengan nada bodoh karena Tachibana secara
tak terduga mengantakan kata-kata itu.
Kami adalah teman?
Tachibana dan aku?
“Hingga saat ini, aku tidak terlalu berpikir seperti itu. Aku tidak tahu
apa-apa tentang Kusuba-san.”
Tachibana membalas setelah kalimat tadi.
Itu adalah pendapat langsung, tanpa rasa ragu di dalamnya.
Teman...
Kami berdua...
“Aku tidak akan mendiskusikannya, karena aku pikir
memastikan suatu hubungan itu penting.”
Tachibana melewatiku dan masuk kedalam rumah. Tidak ingin
ditanyai olehku.
...keras kepala.
“...Entah bagaimana, kelihatannya ruangan ini lebih
berantakan dibandingkan kemarin.”
“Uhh...”
“Yah... aku akan meminjam dapurmu.”
“Tentu.”
Tachibana memakai apron yang dia bawa dan bergerak tegak.
Dia baik dalam memasak.
Mungkin dia terbiasa melakukannya jadi dia tidak terlalu
mimikirkannya.
Ketika Tachibana memasak, aku memutuskan untuk sedikit
membersihkan ruangannya.
Itu sangat berantakan, tidak ada tempat untuk Tachibana
duduk.
Tetap saja, Tachibana memasuki rumahku untuk menyajikanku
makanan.
Itu adalah cara aneh untuk memulai suatu hubungan.
<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>
Kalau ada kesalahan
translate silahkan bilang di komen.
Terimakasih udah
baca.
~Alfa~
<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>
0 Komentar
Stay with Liscia Novel #Romcom