“Baiklah, aku akan menyiapkan Barusan-nya.”
Pada akhirnya, sudah diputuskan kalau Tachibana akan datang
kerumahku.
Dan, sudah jelas, benda-benda yang sebaiknya tidak boleh
dilihat telah disembunyikan dengan baik.
Juga, aku sedikit membersihkan ruangannya,
Karena biasanya itu memang benar-benar berantakan.
Selama tidak ada orang yang berkunjung, aku dapat hidup
dengan nyaman.
“Terima kasih.”
“Tunggu setidaknya selama 2 jam, mereka akan pergi
setelahnya.”
“Ya... Itu benar-benar bagus.”
“Kau membuat wajah yang menyeramkan...”
Atau itu adalah ekspresi kesal?
Omong-omong, tidak ada yang mencolok di ruangan Tachibana.
Tidak ada cucian ataupun baju yang berserakan.
Kata-kata, “rapi” akan cocok dengan itu.
Yah... itu adalah berkah.
Atau dia mungkin tidak akan mengijinkanku masuk ke dalam ruangannya.
“Ini, ponsel milikmu, ya kan?”
“Ahh... ya, Maafkan aku telah menyebabkan masalah.”
“Tidak, itu baik-baik saja.”
Aku menemukan ponselnya di tempat tidurnya.
Jadi aku mengambilnya. Itu punya bau dari futon diatasnya.
Tapi tentu saja aku tidak mengendusnya secara sengaja.
“Itu tidak punya casing ponsel di atasnya.”
“Ya, lebih mudah menggunakannya seperti ini. Jika kau tidak
menjatuhkannya.”
“...Itu benar”
Sekali lagi, secara mengejutkan, aku mempunyai cara pandang yang
sama dengannya.
Seperti biasanya, pemikiran kami saling tumpang tindih satu
sama lain.
Aku tidak akan terkejut sama sekali.
“Sekali lagi terima kasih, Kusuba-san.”
Tachibana duduk diatas bantal duduk lalu membungkuk.
(TN: Duduk “Seiza.”, lalu membungkuk.)
“Tidak perlu khawatir tentang itu, aku tidak menggunakan
Barusan bagaimanapun juga.”
“Benarkah? Lalu kenapa kau memilikinya?”
“Ayahku memberikannya padaku ketika aku mulai hidup
sendiri.”
Dan apalagi yang dia beri...
Sebuah futon dan kursi.
Ketika aku mengutuk ayahku tentang cara berpikirnya yang
aneh, aku tiba-tiba menyadari sesuatu.
Alasan kenapa aku terlambat menyadarinya adalah karena itu
adalah hal yang sangat normal untukku.
“Kusuba-san juga hidup sendirian.”
“Yah... jadi kau juga.”
Tidak terdapat terlalu banyak siswa sekolah menengah atas
yang hidup sendirian,
Ini, seperti kita memiliki kesamaan.
Alasan aku hidup sendiri adalah karena ayahku menginginkanku
mendapat “kekuatan hidup”.
Yah... aku benar-benar tidak mendapatkannya sama sekali
sampai sekarang.
“Aku akan membalas hutang budiku di masa depan.”
“Kau tidak perlu... nah, meski aku mengatakan itu, aku tidak
berpikir kau akan mendengarkannya.”
“Ya, tepat sekali.”
“Aku mengerti...”
Sudah cukup jelas dilihat dari insiden makan siang kalau
percuma berdebat dengannya.
Itu akan lebih aman untuk menerimanya dengan lapang dada.
“Kusuba-san.”
“Ya?”
Tachibana menghindari kontak mata denganku dan melihat
kearah lain.
Saat aku melihat kesekeliling ruanganku, dia lanjut
berbicara.
“Aku pikir kamu adalah orang yang baik...”
“...Terima kasih.”
<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>
Kalau ada kesalahan
translate silahkan bilang di komen.
Terimakasih udah
baca.
~Alfa~
<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>
0 Komentar
Stay with Liscia Novel #Romcom