Desuge Imouto chapter 3

 

"338 hari yang lalu"

Penerjemah : Alfa
Diedit : Alfa

“...Fyuh”

Dibawah langit biru yang bersih, di dalam perjalanan kembali dari les, dimana jangkrik tetap bernyanyi dengan berisik, aku melompat kedalam kolam taman dengan suara sekecil mungkin. Setelah mendarat di air, aku dengan diam naik kepermukaan, dan kakakku menghampiriku dengan kagum.

“Mai, kenapa kau melakukan itu?”

“Aku ingin mengejutkan Onii-chan.”

Aku memberikan senyuman lebar kepada kakakku saat dia mengusap kepalaku menggunakan handuk dengan sedikit kasar.

Ini sudah seminggu sejak pertama kali aku lompat ke kolam, dan ini adalah kedelapan kalinya aku menyelam ke kolam.

“Yah, aku terkejut. Tapi... bukankah itu kotor?”

Kakakku mendesah dan menarik lengan bagian atasku untuk membantuku keluar dari kolam.

Meskipun kakakku tahu kalau aku akan menyelam lagi, dia tetap mengambil rute pulang yang melewati kolam. Aku yakin dia ingin melihatku menyelam, karena dia kelihatannya tidak melaporkannya kepada orang tua kami, dan sejak hari kedua saat aku menyelam, aku sudah mengenakan T-shirt untuk mencegah pandangan, jadi kebiasaan menyelamku berjalan dengan baik.

“Mai, bukankah kau tahu kalau melompat ke kolam itu dilarang?”

“Ya, aku bisa terkena masalah.”

“Lalu kenapa kau melakukannya...”

“Karena aku ingin mengejutkanmu.”

Jika aku ingin mengejutkannya, terdapat pilihan untuk mendorong kakakku ke kplam atau seluncuran. Walaupun, itu berbahaya karena itu aka terlihat seperti tindakan mencelakai. Jika aku melompat sendiri, meskipun aku tidak hati-hati, hanya aku yang akan berada dalam bahaya. Jadi, aku akan terus melompat, tidak akan ada yang bisa menghentikanku.

“Lebih penting lagi, bagaimana itu? Itu adalah selaman yang senyap!”

Setelah seminggu, aku telah melompat kedalam kolam dengan wajah berani, dan aku telah terbiasa menyelam dan naik. Itu semua untuk kakakku. Tapi jika aku tetap melompat kedalam kolam seperti itu, tetangga akan mulai berpikir kalau terdapat murid SMP yang gila, dan aku akan di tandai sebagai orang yang mencurigakan, itulah kenapa aku melompat dengan berbagai variasi.

“Jika kau menanyakan kesanku.”

“Ya!”

“Itu bukanlah sesuatu yang seharusnya dilakukan siswi SMP.”

Kelihatannya, dia tidak menyukai selaman senyap saat dia memperlihatkan wajah tidak puas. Itu tidak bisa dihindari. Saat aku mulai merncanakan strategiku berikutnya, kakakku mengambil ponselnya dan bergumam “ah”.

“Ada apa?”

“Hari ini, ayah dan ibu akan pulang kerumah lebih cepat, jadi mungkin makan malam akan menjadi sedikit lebih cepat.”

“Ah... aku mengerti.”

Ayah asli dari kakakku... ayah yang memiliki koneksi darah dengan kakak psikopatku ini, baik dan pengertian. Dia adalah direktur eksekutif dari perusahaan makanan. Dan ibu asliku adalah orang yang lembut dan pendiam. Dia hanya menakutkan ketika dia marah. Dia bekerja sebagai insinyur, setengah dirumah dan setengah di kantor.

Kelihatannya ayah kakakku dan ibuku bertemu ketika membesarkan kami sendiri setelah bercerai dengan mantan mereka. Aku tidak tahu siapa ayah asliku ataupun ibu asli kakakku.

“Aku pikir kita sebaiknya begegas. Kau harus berganti pakaian sebelum mereka datang.”

“Ya.”

Setuju dengan kakakku, kami dengan cepat kembali kerumah dan membuka pintu depan. Lalu, disana ada ayah dan ibu yang entah kenapa terlihat sedih. Tercengang, aku membalikkan kepalaku. Kakakku dengan diam menatap kearahku.

 

Aku telah di jebak...?

Sebelum aku menyadarinya, ibuku menggenggam tanganku. Dia menarikku ke kamar mandi, mengambil tasku, dan meninggalkan aku di dalam saat menutup pintu kamar mandi. Aku bergegas mencuci dan berganti baju, dan setelah ibuku bergumam dengan suara dingin, “Pergi ke ruang tamu.”

Aku tidak dapat menolak itu. Aku dengan hati-hati duduk di kursi makan, ibu dan ayah duduk di depanku, dan kakakku duduk di sampingku.

“Mai, aku dengar kau telah melakukan sesuatu yang aneh di taman akhir-akhir ini. Tentang apa itu?”

“Uhm...”

Ibu berbicara dengan nada serius. Selama seminggu, aku telah memberikan kejutan kepada kakakku. Itu dilakukan dengan cara yang aman sehingga kakakku tidak akan terkena masalah. Aku pikir kakakku tidak akan melaporkannya kepada orang tuaku, tapi kelihatannya dia melaporkannya secara detail.

“Aku sangat terkejut karena bahkan setelah Makoto menghentikanmu, kau tetap melompat ke dalam kolam setiap hari... aku penasaran apakah ada sesuatu yang mengganggumu? Apakah itu stres...?”

Mungkin saja, kakakku sengaja membiarkanku menyelam selama 8 kali agar dia dapat memaksa orang tuaku untuk mengambil tindakan, karena meskipun dia mencoba untuk menghentikan adiknya, adiknya masih saja melompat sebanyak 8 kali.

“Kolam di taman ditunjukkan untuk semua orang, dan itu bukanlah tempat untuk menyelam. Bukan hanya itu berbahaya untukmu, tapi bisa saja anak-anak kecil akan menirumu dan berakhir celaka. Tidak peduli seberapa dangkal kolamnya, mereka mungkin akan tenggelam. Dan diatas semua itu, anak-anak yang benar-benar jatuh kedalam kolam mungkin tidak akan mendapatkan pertolongan.”

“Meskipun Mai-chan mungkin tidak menyukainya, tapi mulai besok kamu tidak di izinkan unuk keluar. Sekolah akan dimulai minggu depan, jadi tetaplah dirumah sampai saat itu.”

Memang, semester baru akan dimulai minggu depan. Aku berencana untuk membuat kejutan besar untuk tujuh hari kedepan, sekarang aku harus memikirkan cara lain.

Walaupun, mungkin karena ibuku menemukan kalau aku sedang memikirkan sesuatu yang lain, dia memanggil namaku “Mai” untuk memberiku peringatan.

“Aku tahu Mai bukanlah anak kecil yang berbuat sesuatu tanpa alasan. Jadi, bisakah kamu menjelaskan alasannya?”

“Ya, jika kamu bisa menelaskannya kepada kami, kami akan mengakhiri pembicaraan ini.”

Aku mengerti betapa khawatirnya orang tuaku terhadapku. Aku ingin mengatakan dangan keras tentang masalah yang akan disebabkan oleh kakakku, bukan aku. Tapi jika aku mengatakannya, aku akan dibunuh. Jika aku menjelaskan kepada mereka tentang kotak yang ada ditaman sekarang, inti dari diskusi pastinya akan berubah. Aku menatap kakakku dan menemukan dia sedang melihat kearahku dengan wajah bermasalah. Tapi didalamnya, matanya tetap terasa tidak memiliki cahaya.

Tapi meski jika ibu dan ayah menyangkal seleranya, itu mustahil untuk kakakku untuk menerima berubah seketika. Jika itu sesimpel itu, dia tidak mungkin akan membunuh puluhan orang. Jika sesuatu kesalahan terjadi, itu akan menyebabkan ibu dan ayah terbunuh.

“Aku melompat ke kolam karena itu menyenangkan. Aku hanya tidak bisa mengontrol diriku...”

Jadi, aku hanya bisa membuat alasan seperti anak pengacau. Dan dengan sikap anaknya yang seperti itu, ibu dan ayah saling menatap satu sama lain.

(TN: Sabar buk pak, anak perempuanmu emang agak stres tapi yang yang satunya lebih stress lagi)

<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>

Silahkan upvote agar saya tetap semangat buat update chapter baru.

Terimakasih udah baca.

~Alfa~

<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>

Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya

Posting Komentar

0 Komentar