[Di arena bowling]
Suara benturan keras menggema melewati udara. Sejumlah besar
orang yang aktif berputar di sekitar, terus memanaskan tempat ini.
Kami sedang berada di arena bowling.
“Whoa! Strike! Nice!”
“Yay!”
Kami disini sekarang, dengan sekitar 70% anggota kelas. Itu
cukup untuk perkumpulan sosial. Kami menyemangati seseorang setiap kali mereka
melakukan strike, dan tertawa ketika seseorang melakukan gutter. Ini adalah hal
yang sama seperti kehidupan sekolah biasanya.
“Zeke-kun, bagaimana denganmu?”
Setelah permainan, Sophie, sang ketua kelas, bertanya
kepadaku.
“Aku baik-baik saja, tidak terlalu buruk dang tidak terlalu
bagus.”
Terdapat lima orang yang melempar bola di lintasan yang
sama, dan poinku adalah yang tertinggi ke tiga. Salah satu dari pemain
melakukan kesalahan di sekitar, melemparkan bola dengan cara yang aneh sebagai
cara untuk mempelajari bagaimana cara melempar. Dia juga merupakan salah satu
orang yang paling bersenang-senang.
“Haha. Bahkan seseorang yang terbaik dalam akademi hanyalah
orang biasa dalam bowling.”
“...Hentikan itu.”
Jika itu merupakan sesuatu hal yang ditentukan oleh nilai,
kami akan menang seketika.
“Oh yaampun.”
Aku tidak bisa melakukan hal lain selain terkikik pada
tertawaan Sophie.
“Jadi? Ketua kelas? Apakah permainan selanjutnya merubah
kombinasi tim? Atau itu akan dilotre lagi?”
“Ah, ya, itulah masalah dengan yang lain... Zeke-kun,
dapatkah kau kemari...?”
“..........”
Aku memiliki aku sedang dalam suatu masalah. Aku berjalan di
belakang Sophie dia memanduku ke akhir dari lintasan bowling.. itu adalah ujung
dari lintasan bowling yang kelas kami sewa.
“..........”
“..........”
Disana terdapat Anya, yang mana tidak berbicara sama sekali,
dan Coctas, yang mana tidak tahu harus mengatakan apa yang ingin dia katakan.
Teman seelas yang lain kelihatannya terganggu dengan diamnya Anya.
....Mungkin saja Anya telah... telah diam selama permainan
berlangsung?
“Aku minta maaf Zeke... dapatkah kau bertanggung jawab atas
Anya...?”
“... aku minta maaf karena Anya menyebabkan masalah disini
juga.”
Untuk suatu alasan, sebuah perasaan bersalah tumbuh di dalam
diriku. Apa ini? Aku penasaran apakah aku seperti pengawal Anya atau
semacamnya. Ketika aku pergi menuju
lintasan, semua teman sekelasku, kecuali Anya, secara tidak langsung tampak
lega. Itu bukanlah suatu rahasia kalau Anya dan aku telah lama mengenal satu
sama lain. Setiap masalah yang berhubungan dengan Anya akan secara langsung
menjadi urusanku.
...Aku tampaknya memang seorang pengawal.
Faktanya, kupikir dia sangat menikmatinya. Lihat, ,atanya
berapi-api. Itu terlihat seperti mengatakan kalau. “Semua yang kuinginkan
adalah mencetak poin tertinggi.” Anya menatap keatas, melihatku, dan berseru,
mulutnya melengkung.
“Zeke!”
“Ada apa... Anya.”
“Aku tidak bisa melempar bolanya kearah yang aku inginkan!”
Aku melihat skor Anya dan menemukan bahwa nilainya tidak
terlalu bagus. Tampaknya ini akan menjadi Kemenangan untukku.
“Apa? Kau tidak mencetak poin sebaik yang kau
inginkan?"
“Diam! Ini pertama kalinya untukku, aku tidak punya pilihan
lain!”
Anya berseru, dengan sedikit tersipu.
"...Aku mengerti, Anya. Kau tidak punya banyak teman..."
“Diam! Aku tidak peduli"
Anya tidak memiliki teman yang bisa diajak main bowling. Aku
merasa ingin meneteskan air mata.
“Jadi, aku dan Zeke akan bertanggung jawab atas Costas dan
Anya. Aku harap bisa bekerja saima dengan denganmu... Zeke."
“...Dipahami.”
Itu berarti aku harus mengurus anak bermasalah, huh.
Bagaimanapun aku tidak punya pilihan lain.
“...Terima kasih atas bantuannya, Sophie, Zeke.”
“...Oh”
Dia menutup matanya, tampak tidak senang. Bukannya dia tidak
punya sesuatu untuk dia katakan, hanya saja dia tidak tahu harus berkata apa.
Dengan kata lain, Costas bukanlah pembicara yang baik dan secara keseluruhan
adalah seorang pemalu.
Game kedua dimulai. Sudah lama sejak terakhir kali aku
bermain bowling, tapi bahuku tampaknya mulai terbiasa, dan aku secara bertahap
mendapatkan lebih banyak poin. Setiap kali lemparan bagus dilakukan, semua orang
senang. Ini adalah cara kami semua menikmati permainan bersama.
Tapi kumohon jangan decakkan lidahmu dengan ekspresi pahit
setiap kali aku mendapatkan poin Anya.. Sepertinya Anya adalah satu-satunya
musuhku di sini.
"............"
“Whoa, strike!”
Costas melakukan strike dan akupun berseru. Dia masih tidak
berbicara sepatah katapun, muluthya tertutup sepanjang waktu.
Costas, kenapa kau tidak terilihat bahagia saat kamu
mendapatkan strike?
Sophie memberitahu Costas.
"Aku menikmati ini."
“Yah, kami mengerti. Tapi yang lain tidak, bukankah begitu?"
"Umm”
Costas menggeram sedikit, seolah-olah dia baru saja
menghadapi masalah yang sulit.
“Maaf, Zeke-kun. Costas tidak bisa bersosialisasi.”
“TIdak apa-apa, tapi kenapa Sophie meminta maaf?”
Aku mengerti karena posisinya sebagai ketua kelas, dia
memintaku untuk berurusan dengan Costas, yang merupakan pembicara yang buruk.
Tapi aku tidak berpikir kalau situaisi ini merupakan sesuatu yang
mengharuskannya meminta maaf.
"Ah...Tidak.. Ini... Bagaimana mengatakannya?
Sophie melipat tangannya dan memiringkan kepalanya
seolah-olah dia sedang memikirkan apa yang harus dikatakan.
"Aku dan Costas sudah akrab satu samal lain sejak kami
masih kecil.”
“Huh?”
“Heh...”
Sophie menggaruk pipinya karena malu, dan Anya, yang tadinya
mendengarkan percakapan kami tanpa minat mendongak.
“Jadi, ketka aku berpikir bahwa Costas menyebabkain masalah
bagi oraing lain, aku akan meminta maaf. Aku ingin tahu apakah ini yang disebut
cinta orang tua kepada anaknya...”
“selalu menyebalkan seperti biasanya.. Sophie.”
“Tidak, itu tak masalah. Aku tak peduli, tapi... Kau tahu
bagaimana Zeke meminta maaf kepadaku untuk sesuatu yang berhubungan dengan
Anya? Aku sedikit mengerti tentang perasaan semacam itu.”
"Ah...”
Memang benar ketika Anya menolak ajakan Sophie dengan kasar,
aku meminta maaf kepadanya untuk suatu alasan. Aku mengerti bagaimana
perasaannya ketika kau mengatakannya dengan cara seperti itu. Setiap kali Anya
menyusah kan orang lain, aku merasa kasihan padanya.
...Sejak kapan aku merasa seperti pengawal Anya?
"Jadi, kalian berdua tumbuh bersama. Apa kalian dekat
saat di rumah?"
Anya, yang sama sekali tdak berpartsipasi dalam percakapan
sedari tadi, mulai angkat bicara untuk pertama kalinya.
"Eh ? Ah? Umm. Ini seperti sebuah ‘Hubungan Perusahaan?’”
“Hubungan Perusahaan?”
Sophie sedikit bingung dengan Anya yang tiba-tiba masuk ke
dalam percakapan.
“Ya, sepertinya kakeknya dan kakekku sudah lama saling kenal
sebagai direktur sebuah perusahaan."
"Begitulah cara kami mengenal satu sama lain dan biasa
bermain bersama ketika kami masih kecil.”
“Direktur?”
“Ya, seorang direktur. Mereka telah mendukung perusahaan untuk
waktu yang lama, dan kakek kami tampaknya berteman baik satu sama lain."
“ini urusan keluarga.”
“Heh...”
“Aku mendengarkan saat Anya menganggukkan kepalanya dengan
penuh minat.”
“Oh ya, aku juga bertanya-tanya bagaimana kamu tahu tentang
hobi Costas tentang mengumpulkan jamur beracun. aku terkesan dengan berpikir
kalau ketua kelas telah berhasil berteman dengan banyak orang di kelas... Tapi
teman masa kecil, Huh.”
“Haha. Ya, aku mencoba bergaul dengan semua orang di kelas
sebagai Ketua Kelas. Tapi, aku sudah lama mengenal Costas."
“..........”
Jadi begitu, dia tahu Costas yang pemalu dan tidak mudah
membicarakan hobinya kepada orang lain. entah bagaimana itu sekarang masuk akal
bagiku.
“Ketika kami bermain bersama, Costas mengatakan kalau dia
menemukan bunga langka, dan diapun memakannya tanpa berpikir panjang. Dia mulai
kesakitan, dan kami harus memanggil ambulans."
“Aku terselamatkan saat itu.”
"Ada saat ketika dia ingin melihat bunga beracun yang
dia lihat di buku bergambar secara langsung, jadi dia membawa kami berdua pergi,
tersesat dan kami berjuang untuk pulang sambil melihat peta."
“Aku terselamatkan saat itu.”
“Tunggu.”
Hanyaya ada kenangan buruk?
"Apakah Costas pernah membantu Sophie.”
“..........”
“..........”
Ketika aku menanyakan hal itu, mereka berdua saling menoleh
dan terdiam. Anya menghela napas putus asa.
“Kau menyedihkan. Kau tidak bisa hanya menerima bantuan
secara sepihak.”
“..........”
“Kurasa itu bukanlah sesuatu yang kamu bisa katakan, Anya”
“Itulah mengapa Sophie dan aku menghabiskan hidup kami didorong
oleh para jenius. Aku merasa aneh dekat dengannya.”
Namun, tidak ada yang namanya anggota dewan atau Ketika aku
mengatakan direktur, maksudku orang-orang di puncak perusahaan. Aku yakin
keluarga mereka menghasilkan banyak uang, bukan ? Dalam kehidupanku sebelumnya,
aku adalah orang biasa sampai hari dimana aku meninggal, jadi aku tidak bisa
untuk tidak memikirkan hal-hal menyedihkan seperti itu. Aku meninggal pada usia
28 tahun, jadi wajar saja jika aku adalah orang biasa.
“Mungkinkah kalian berdua adalah tuan dan nyonya muda yang
kaya?”
“Haha. Kami sendiri tidak terlalu tahu... tampaknya kami
memiliki lebih banyak uang daripada rata-rata rumah tangga.”
“He-Heh”
Mulutku berkedut. Jangan bilang bahwa orang di depanku
adalah anak dari kelucarga kaya? Aku belum pernah bertemu orang seperti itu
sebelumnya?
“Zeke.”
“Ada apa? Costas?"
“Sekolah ini adalah sekolah swasta. Ada banyak anak dari
keluarga kaya di sini, kau tahu?"
“Apa?"
Aku hanya bisa melihat sekeliling pada teman-teman
sekelasku. Dalam kehidupanku sebelumnya, aku tidak pernah memiliki kesempatan
untuk bertemu siapapun dari keluarga kaya, tetapi mungkinkah beberapa teman
sekelas yang aku ajak bIcara akhir-akhir ini sangat kaya? Tidak, aku telah
memperhatkan beberapa dari mereka, tetapi mungkinkah semua teman sekelasku
benar-benar sangat kaya...?
“TIdak, tapl, kita semua bermain bowling bersama, kan?
Bowling adalah permainan orang biasa, bukan begitu...?”
“Kapan kau pernah mendengar kalau orang kaya tidak memainkan
permainan orang biasa...?“
“Citra sepert apa yang kamu miliki tentang orang kaya,
Zeke?"
Mereka berdua menatapku.
“A-Apakah kamu pergi ke pesta di malam hari?”
“Konsep itu sudah tua.”
“Bukannya aku belum pernah ke pesta sama sekali. Ayahku
sudah membawaku ke beberapa pesta di hotel dan semacamnya.”
“A-Apa”
Aku hanya bisa ketakutan. Tiba-tiba, dua orang di depanku
tampak menyilaukan. Pria dan wanita muda yang hanya saya kenal dari cerita
berada tepat dihadapanku. Sebuah pesta... Aku hanya pernah menghadiri pesta
ulang tahun dengan teman-temanku.
“Mungkin aku adalah satu-satunya orang yang bekerja paruh
waktu untuk membayar sekolah kalau begitu.”
“Apa? Zeke, kamu punya pekerjaan paruh waktu?”
Mereka terkejut
“Ah...”
“Kamu tidak bisa mendapatkan pekerjaan paruh waktu dengan usia
kita, bukan begitu? Aku pernah mendengar bahwa tidak ada tempat yang akan
mempekerjakan siswa sekolah menengah.”
“Aku membantu di toko milik kerabat. Mereka tahu penghasilan
kami, jadi mereka membiarkanku bekerja untuk mereka. Aku menggunakan uang itu untuk
membayar sekolah dan hal-hal lain"
“He-Heh... Kau pria terhormat ya. Zeke-kun.”
Sophie memutar matanya karena terkejut. Dia telah mendengar
bahwa ada orang yang bekerja untuk membayar sekolah, tapi dia tidak menyangka
seseorang itu akan sedekat ini dengannya, dan emosinya bocor. Sial! Mungkinkah
aku satu-satunya orang dari keluarga biasa...?
“Anya... Bagaimana dengan Anya?”
“Keluargaku tidak terlalu kaya, tapi kupikir kami lebih baik
daripada kebanyakan orang. Kau pernah melihat rumahku kan? Itu sedkit lebih
besar dari rumah-rumah lain.”
Memang, itu lebih besar dari kebanyakan rumah.
Kukira keluarga Anya juga cukup mampu untuk menyekolahkan
anak-anaknya ke sekolah swasta. Aku terkadang mengobrol dengan orang tua Anya,
jadi aku bisa merasakan nya. Pertama-tama, sekolah dasar yang diikuti Anya
adalah sekolah swasta.
“Biasa, hanya keluargaku yang biasa...”
Aku terkejut karena aku adalah anak dari keluarga normail
baik dalam kehidupanku yang sebelumnya dan sekarang. Mungkinkah kita hidup di
dunia yang berbeda...? Apakah anak-anak ini...? Apa hanya keluargaku yang
biasa-biasa saja...?
“Hanya karena kau kaya bukan berarti kau lebih baik.”
“Y-Ya, aku pikir menjadi yang pertama di kelas kita lebih
mengesankan daripada memiliki uang orang tua kita.”
“..........”
Aku disemangati oleh orang kaya...
“Ha! kau orang biasa! Zeke!”
“..........”
Hanya Anya yang tertawa dan cekikikan. Gadis ini.. akan
kutunjukkan padanya suatu hari nanti.
“A-Anya! Kau tidak harus mengolok-oloknya! Menjadi yang
pertama di kelas benar-benar luar biasal Semangat Zeke! Bagaimana kau bisa mendapatkan
begitu banyak poin! Aku ingin kau mengajariku bagaimana caranya belajar!"
“Mengajarimu cara belajar? Bukankah lebih baik jika Costas
mengajarimu?”
Dia mengatakan bahwa mereka berdua sepert teman masa kecil.
Costas juga salah satu pencetak gol terbanyak di kelas kami. Dia sendiri
adaalah orang yang sedikit eksentrik, seperti yang dia katakan pada dirinya
sendiri bahwa banyak orang jenius yang eksentrik.
“Costas tidak cocok untuk itu karena dia adalah orang yang
belajar berdasaırkan naluri"
“...........”
Sophie dan Costas saling memandangi satu sama lain dengan
pandangan yang jauh.
“Ibuku sangat antusias dengan pendidikan. Setiap ujiaın itu
berat bagiku"
“Yah, aku tidak keberatan jika kamu hanya melihatku
belajar"
“Apa? Apa kamu yakin? Kurasa aku hanya perlu bertanya.”
Sophie sedikit terkejut, tapi dia menunjukkan senyum lembut.
Kurasa ujiainnya sangat berat baginya. Aku sangat memahami perasaan itu.
“Eh? Apa itu? Zeke akan mengadakan sesi belajar?”
Mungkin karena mendengar apa yang kami bicarakan, seorang
teman sekelas di lintasan sebelah membungkuk dan bergabung dengan percakapan.
“Eh? Sesi belajar yang dipandu oleh Zeke? Yang merupakan
peringkat satu di kelas?
“Apa itu, aku ingin bergabung juga?”
“Eh? Zeke akan meningkatkan nilai ujian kita sebesar
30%?"
“Apakah benar kau akan bisa mendapatkan nilai 90 atau lebih
jika kau mengikuti kelompok belajar itu?”
Dalam sekejap, desas-desus mulai beredar, dan teman-teman
sekelasku berkumpul di sekitarku.
“Apakah benar Zeke hanya akan mengadakan sesi belajar dengan
wanita?”
“Oi! Jangan memutar kata-kataku seperti itu! Itu tuduhan
yang tidak berdasar!"
“Ayolah, Zeke! Tes berikuthya akan mempertaruhkan uang
sakuku! Ajari aku cara belajar juga!”
“Whoa!”
Seorang teman sekelas yang bodoh melingkarkan lengannya di
leherku, dan memohon padaku untuk mengadakan sesi belajar, sebagian karena irI,
sebagian untuk menarik anak perempuan, dan sedikit keinginan untuk benar-benar
belajar. Aku kira dia percaya beberapa rumor tidak memiliki dasar yang nyata.
Tapi leherku masih terasa sedikit sesak.
“Baiklah! Aku akan membuka sesi belajar... Okay, menjauhlah
dariku!”
“Bagus! Saathya menambah uang sakuku.”
“Oh! Ini adalah sesi belajar pertama di tahun ajaran kali
ini! Aku mengandalkanmu, Zeke-kun!"
Mendengarkan apa yang kukatakan, mereka semua kembali ke
lintasan mereka. Seperti yang diharapkan dari sekolah persiapan. Motivasi
mereka untuk belajar sangat tinggi. Aku harus mengadakan sesi belajar untuk
semua orang sekarang.
“Bagaimana itu semua bisa terjadi dalam sekejap...”
“A-Aku minta maaf soal itu.”
Sophie tersenyum padaku dengan ekspresi bermasalah di
wajahnya. Costas meletakkan tangannya di bahuku, aku yakin ini adalah caranya
menyemangatiku. Anya kembaili ke mode normalnya, seolah-olah dia tidak peduli
dengan situaisinya sama sekali.
Aku menggosok leherku, yang sedikit kencang, dan menghela
napas keras.
Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan kelompok
belajar... Aku berada dalam masalah. Dan untuk beberapa alasan, mereka semua tampaknya
memiliki harapan tinggi terhadapku.
Aku dalam kesulitan.
Tapi anehnya, itu tidak terasa buruk.
<<>><<>><<>>-:<<>>:-<<>><<>><<>>
Apakah kalian tertarik, kalau tertarik.
Silahkan upvote agar saya tetap semangat buat update chapter baru.
Jika ingin donasi ke saya pribadi bisa dengan trakteer.id/alfa1278
Terimakasih udah baca.
~Alfa~
<<>><<>><<>>-:<<>>:-<<>><<>><<>>
0 Komentar
Stay with Liscia Novel #Romcom