About the Reckless Girl Vol.1 chapter 2-4

"Pelajar muda (4)"

Penerjemah : Alfa
Diedit : Alfa

[Di arena bowling]

Suara benturan keras menggema melewati udara. Sejumlah besar orang yang aktif berputar di sekitar, terus memanaskan tempat ini.

Kami sedang berada di arena bowling.

“Whoa! Strike! Nice!”

“Yay!”

Kami disini sekarang, dengan sekitar 70% anggota kelas. Itu cukup untuk perkumpulan sosial. Kami menyemangati seseorang setiap kali mereka melakukan strike, dan tertawa ketika seseorang melakukan gutter. Ini adalah hal yang sama seperti kehidupan sekolah biasanya.

“Zeke-kun, bagaimana denganmu?”

Setelah permainan, Sophie, sang ketua kelas, bertanya kepadaku.

“Aku baik-baik saja, tidak terlalu buruk dang tidak terlalu bagus.”

Terdapat lima orang yang melempar bola di lintasan yang sama, dan poinku adalah yang tertinggi ke tiga. Salah satu dari pemain melakukan kesalahan di sekitar, melemparkan bola dengan cara yang aneh sebagai cara untuk mempelajari bagaimana cara melempar. Dia juga merupakan salah satu orang yang paling bersenang-senang.

“Haha. Bahkan seseorang yang terbaik dalam akademi hanyalah orang biasa dalam bowling.”

“...Hentikan itu.”

Jika itu merupakan sesuatu hal yang ditentukan oleh nilai, kami akan menang seketika.

“Oh yaampun.”

Aku tidak bisa melakukan hal lain selain terkikik pada tertawaan Sophie.

“Jadi? Ketua kelas? Apakah permainan selanjutnya merubah kombinasi tim? Atau itu akan dilotre lagi?”

“Ah, ya, itulah masalah dengan yang lain... Zeke-kun, dapatkah kau kemari...?”

“..........”

Aku memiliki aku sedang dalam suatu masalah. Aku berjalan di belakang Sophie dia memanduku ke akhir dari lintasan bowling.. itu adalah ujung dari lintasan bowling yang kelas kami sewa.

“..........”

“..........”

Disana terdapat Anya, yang mana tidak berbicara sama sekali, dan Coctas, yang mana tidak tahu harus mengatakan apa yang ingin dia katakan. Teman seelas yang lain kelihatannya terganggu dengan diamnya Anya.

....Mungkin saja Anya telah... telah diam selama permainan berlangsung?

“Aku minta maaf Zeke... dapatkah kau bertanggung jawab atas Anya...?”

“... aku minta maaf karena Anya menyebabkan masalah disini juga.”

Untuk suatu alasan, sebuah perasaan bersalah tumbuh di dalam diriku. Apa ini? Aku penasaran apakah aku seperti pengawal Anya atau semacamnya. Ketika aku pergi  menuju lintasan, semua teman sekelasku, kecuali Anya, secara tidak langsung tampak lega. Itu bukanlah suatu rahasia kalau Anya dan aku telah lama mengenal satu sama lain. Setiap masalah yang berhubungan dengan Anya akan secara langsung menjadi urusanku.

...Aku tampaknya memang seorang pengawal.

Faktanya, kupikir dia sangat menikmatinya. Lihat, ,atanya berapi-api. Itu terlihat seperti mengatakan kalau. “Semua yang kuinginkan adalah mencetak poin tertinggi.” Anya menatap keatas, melihatku, dan berseru, mulutnya melengkung.

“Zeke!”

“Ada apa... Anya.”

“Aku tidak  bisa melempar bolanya kearah yang aku inginkan!”

Aku melihat skor Anya dan menemukan bahwa nilainya tidak terlalu bagus. Tampaknya ini akan menjadi Kemenangan untukku.

“Apa? Kau tidak mencetak poin sebaik yang kau inginkan?"

“Diam! Ini pertama kalinya untukku, aku tidak punya pilihan lain!”

Anya berseru, dengan sedikit tersipu.

"...Aku mengerti, Anya. Kau tidak punya banyak teman..."

“Diam! Aku tidak peduli"

Anya tidak memiliki teman yang bisa diajak main bowling. Aku merasa ingin meneteskan air mata.

“Jadi, aku dan Zeke akan bertanggung jawab atas Costas dan Anya. Aku harap bisa bekerja saima dengan denganmu... Zeke."

“...Dipahami.”

Itu berarti aku harus mengurus anak bermasalah, huh. Bagaimanapun aku tidak punya pilihan lain.

“...Terima kasih atas bantuannya, Sophie, Zeke.”

“...Oh”

Dia menutup matanya, tampak tidak senang. Bukannya dia tidak punya sesuatu untuk dia katakan, hanya saja dia tidak tahu harus berkata apa. Dengan kata lain, Costas bukanlah pembicara yang baik dan secara keseluruhan adalah seorang pemalu.

Game kedua dimulai. Sudah lama sejak terakhir kali aku bermain bowling, tapi bahuku tampaknya mulai terbiasa, dan aku secara bertahap mendapatkan lebih banyak poin. Setiap kali lemparan bagus dilakukan, semua orang senang. Ini adalah cara kami semua menikmati permainan bersama.

Tapi kumohon jangan decakkan lidahmu dengan ekspresi pahit setiap kali aku mendapatkan poin Anya.. Sepertinya Anya adalah satu-satunya musuhku di sini.

"............"

“Whoa, strike!”

Costas melakukan strike dan akupun berseru. Dia masih tidak berbicara sepatah katapun, muluthya tertutup sepanjang waktu.

Costas, kenapa kau tidak terilihat bahagia saat kamu mendapatkan strike?

Sophie memberitahu Costas.

"Aku menikmati ini."

“Yah, kami mengerti. Tapi yang lain tidak, bukankah begitu?"

"Umm”

Costas menggeram sedikit, seolah-olah dia baru saja menghadapi masalah yang sulit.

“Maaf, Zeke-kun. Costas tidak bisa bersosialisasi.”

“TIdak apa-apa, tapi kenapa Sophie meminta maaf?”

Aku mengerti karena posisinya sebagai ketua kelas, dia memintaku untuk berurusan dengan Costas, yang merupakan pembicara yang buruk. Tapi aku tidak berpikir kalau situaisi ini merupakan sesuatu yang mengharuskannya meminta maaf.

"Ah...Tidak.. Ini... Bagaimana mengatakannya?

Sophie melipat tangannya dan memiringkan kepalanya seolah-olah dia sedang memikirkan apa yang harus dikatakan.

"Aku dan Costas sudah akrab satu samal lain sejak kami masih kecil.”

“Huh?”

“Heh...”

Sophie menggaruk pipinya karena malu, dan Anya, yang tadinya mendengarkan percakapan kami tanpa minat mendongak.

“Jadi, ketka aku berpikir bahwa Costas menyebabkain masalah bagi oraing lain, aku akan meminta maaf. Aku ingin tahu apakah ini yang disebut cinta orang tua kepada anaknya...”

“selalu menyebalkan seperti biasanya.. Sophie.”

“Tidak, itu tak masalah. Aku tak peduli, tapi... Kau tahu bagaimana Zeke meminta maaf kepadaku untuk sesuatu yang berhubungan dengan Anya? Aku sedikit mengerti tentang perasaan semacam itu.”

"Ah...”

Memang benar ketika Anya menolak ajakan Sophie dengan kasar, aku meminta maaf kepadanya untuk suatu alasan. Aku mengerti bagaimana perasaannya ketika kau mengatakannya dengan cara seperti itu. Setiap kali Anya menyusah kan orang lain, aku merasa kasihan padanya.

...Sejak kapan aku merasa seperti pengawal Anya?

"Jadi, kalian berdua tumbuh bersama. Apa kalian dekat saat di rumah?"

Anya, yang sama sekali tdak berpartsipasi dalam percakapan sedari tadi, mulai angkat bicara untuk pertama kalinya.

"Eh ? Ah? Umm. Ini seperti sebuah ‘Hubungan Perusahaan?’”

“Hubungan Perusahaan?”

Sophie sedikit bingung dengan Anya yang tiba-tiba masuk ke dalam percakapan.

“Ya, sepertinya kakeknya dan kakekku sudah lama saling kenal sebagai direktur sebuah perusahaan."

"Begitulah cara kami mengenal satu sama lain dan biasa bermain bersama ketika kami masih kecil.”

“Direktur?”

“Ya, seorang direktur. Mereka telah mendukung perusahaan untuk waktu yang lama, dan kakek kami tampaknya berteman baik satu sama lain."

“ini urusan keluarga.”

“Heh...”

“Aku mendengarkan saat Anya menganggukkan kepalanya dengan penuh minat.”

“Oh ya, aku juga bertanya-tanya bagaimana kamu tahu tentang hobi Costas tentang mengumpulkan jamur beracun. aku terkesan dengan berpikir kalau ketua kelas telah berhasil berteman dengan banyak orang di kelas... Tapi teman masa kecil, Huh.”

“Haha. Ya, aku mencoba bergaul dengan semua orang di kelas sebagai Ketua Kelas. Tapi, aku sudah lama mengenal Costas."

“..........”

Jadi begitu, dia tahu Costas yang pemalu dan tidak mudah membicarakan hobinya kepada orang lain. entah bagaimana itu sekarang masuk akal bagiku.

“Ketika kami bermain bersama, Costas mengatakan kalau dia menemukan bunga langka, dan diapun memakannya tanpa berpikir panjang. Dia mulai kesakitan, dan kami harus memanggil ambulans."

“Aku terselamatkan saat itu.”

"Ada saat ketika dia ingin melihat bunga beracun yang dia lihat di buku bergambar secara langsung, jadi dia membawa kami berdua pergi, tersesat dan kami berjuang untuk pulang sambil melihat peta."

“Aku terselamatkan saat itu.”

“Tunggu.”

Hanyaya ada kenangan buruk?

"Apakah Costas pernah membantu Sophie.”

“..........”

“..........”

Ketika aku menanyakan hal itu, mereka berdua saling menoleh dan terdiam. Anya menghela napas putus asa.

“Kau menyedihkan. Kau tidak bisa hanya menerima bantuan secara sepihak.”

“..........”

“Kurasa itu bukanlah sesuatu yang kamu bisa katakan, Anya”

“Itulah mengapa Sophie dan aku menghabiskan hidup kami didorong oleh para jenius. Aku merasa aneh dekat dengannya.”

Namun, tidak ada yang namanya anggota dewan atau Ketika aku mengatakan direktur, maksudku orang-orang di puncak perusahaan. Aku yakin keluarga mereka menghasilkan banyak uang, bukan ? Dalam kehidupanku sebelumnya, aku adalah orang biasa sampai hari dimana aku meninggal, jadi aku tidak bisa untuk tidak memikirkan hal-hal menyedihkan seperti itu. Aku meninggal pada usia 28 tahun, jadi wajar saja jika aku adalah orang biasa.

“Mungkinkah kalian berdua adalah tuan dan nyonya muda yang kaya?”

“Haha. Kami sendiri tidak terlalu tahu... tampaknya kami memiliki lebih banyak uang daripada rata-rata rumah tangga.”

“He-Heh”

Mulutku berkedut. Jangan bilang bahwa orang di depanku adalah anak dari kelucarga kaya? Aku belum pernah bertemu orang seperti itu sebelumnya?

“Zeke.”

“Ada apa? Costas?"

“Sekolah ini adalah sekolah swasta. Ada banyak anak dari keluarga kaya di sini, kau tahu?"

“Apa?"

Aku hanya bisa melihat sekeliling pada teman-teman sekelasku. Dalam kehidupanku sebelumnya, aku tidak pernah memiliki kesempatan untuk bertemu siapapun dari keluarga kaya, tetapi mungkinkah beberapa teman sekelas yang aku ajak bIcara akhir-akhir ini sangat kaya? Tidak, aku telah memperhatkan beberapa dari mereka, tetapi mungkinkah semua teman sekelasku benar-benar sangat kaya...?

“TIdak, tapl, kita semua bermain bowling bersama, kan? Bowling adalah permainan orang biasa, bukan begitu...?”

“Kapan kau pernah mendengar kalau orang kaya tidak memainkan permainan orang biasa...?“

“Citra sepert apa yang kamu miliki tentang orang kaya, Zeke?"

Mereka berdua menatapku.

“A-Apakah kamu pergi ke pesta di malam hari?”

“Konsep itu sudah tua.”

“Bukannya aku belum pernah ke pesta sama sekali. Ayahku sudah membawaku ke beberapa pesta di hotel dan semacamnya.”

“A-Apa”

Aku hanya bisa ketakutan. Tiba-tiba, dua orang di depanku tampak menyilaukan. Pria dan wanita muda yang hanya saya kenal dari cerita berada tepat dihadapanku. Sebuah pesta... Aku hanya pernah menghadiri pesta ulang tahun dengan teman-temanku.

“Mungkin aku adalah satu-satunya orang yang bekerja paruh waktu untuk membayar sekolah kalau begitu.”

“Apa? Zeke, kamu punya pekerjaan paruh waktu?”

Mereka terkejut

“Ah...”

“Kamu tidak bisa mendapatkan pekerjaan paruh waktu dengan usia kita, bukan begitu? Aku pernah mendengar bahwa tidak ada tempat yang akan mempekerjakan siswa sekolah menengah.”

“Aku membantu di toko milik kerabat. Mereka tahu penghasilan kami, jadi mereka membiarkanku bekerja untuk mereka. Aku menggunakan uang itu untuk membayar sekolah dan hal-hal lain"

“He-Heh... Kau pria terhormat ya. Zeke-kun.”

Sophie memutar matanya karena terkejut. Dia telah mendengar bahwa ada orang yang bekerja untuk membayar sekolah, tapi dia tidak menyangka seseorang itu akan sedekat ini dengannya, dan emosinya bocor. Sial! Mungkinkah aku satu-satunya orang dari keluarga biasa...?

“Anya... Bagaimana dengan Anya?”

“Keluargaku tidak terlalu kaya, tapi kupikir kami lebih baik daripada kebanyakan orang. Kau pernah melihat rumahku kan? Itu sedkit lebih besar dari rumah-rumah lain.”

Memang, itu lebih besar dari kebanyakan rumah.

Kukira keluarga Anya juga cukup mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah swasta. Aku terkadang mengobrol dengan orang tua Anya, jadi aku bisa merasakan nya. Pertama-tama, sekolah dasar yang diikuti Anya adalah sekolah swasta.

“Biasa, hanya keluargaku yang biasa...”

Aku terkejut karena aku adalah anak dari keluarga normail baik dalam kehidupanku yang sebelumnya dan sekarang. Mungkinkah kita hidup di dunia yang berbeda...? Apakah anak-anak ini...? Apa hanya keluargaku yang biasa-biasa saja...?

“Hanya karena kau kaya bukan berarti kau lebih baik.”

“Y-Ya, aku pikir menjadi yang pertama di kelas kita lebih mengesankan daripada memiliki uang orang tua kita.”

“..........”

Aku disemangati oleh orang kaya...

“Ha! kau orang biasa! Zeke!”

“..........”

Hanya Anya yang tertawa dan cekikikan. Gadis ini.. akan kutunjukkan padanya suatu hari nanti.

“A-Anya! Kau tidak harus mengolok-oloknya! Menjadi yang pertama di kelas benar-benar luar biasal Semangat Zeke! Bagaimana kau bisa mendapatkan begitu banyak poin! Aku ingin kau mengajariku bagaimana caranya belajar!"

“Mengajarimu cara belajar? Bukankah lebih baik jika Costas mengajarimu?”

Dia mengatakan bahwa mereka berdua sepert teman masa kecil. Costas juga salah satu pencetak gol terbanyak di kelas kami. Dia sendiri adaalah orang yang sedikit eksentrik, seperti yang dia katakan pada dirinya sendiri bahwa banyak orang jenius yang eksentrik.

“Costas tidak cocok untuk itu karena dia adalah orang yang belajar berdasaırkan naluri"

“...........”

Sophie dan Costas saling memandangi satu sama lain dengan pandangan yang jauh.

“Ibuku sangat antusias dengan pendidikan. Setiap ujiaın itu berat bagiku"

“Yah, aku tidak keberatan jika kamu hanya melihatku belajar"

“Apa? Apa kamu yakin? Kurasa aku hanya perlu bertanya.”

Sophie sedikit terkejut, tapi dia menunjukkan senyum lembut. Kurasa ujiainnya sangat berat baginya. Aku sangat memahami perasaan itu.

“Eh? Apa itu? Zeke akan mengadakan sesi belajar?”

Mungkin karena mendengar apa yang kami bicarakan, seorang teman sekelas di lintasan sebelah membungkuk dan bergabung dengan percakapan.

“Eh? Sesi belajar yang dipandu oleh Zeke? Yang merupakan peringkat satu di kelas?

“Apa itu, aku ingin bergabung juga?”

“Eh? Zeke akan meningkatkan nilai ujian kita sebesar 30%?"

“Apakah benar kau akan bisa mendapatkan nilai 90 atau lebih jika kau mengikuti kelompok belajar itu?”

Dalam sekejap, desas-desus mulai beredar, dan teman-teman sekelasku berkumpul di sekitarku.

“Apakah benar Zeke hanya akan mengadakan sesi belajar dengan wanita?”

“Oi! Jangan memutar kata-kataku seperti itu! Itu tuduhan yang tidak berdasar!"

“Ayolah, Zeke! Tes berikuthya akan mempertaruhkan uang sakuku! Ajari aku cara belajar juga!”

“Whoa!”

Seorang teman sekelas yang bodoh melingkarkan lengannya di leherku, dan memohon padaku untuk mengadakan sesi belajar, sebagian karena irI, sebagian untuk menarik anak perempuan, dan sedikit keinginan untuk benar-benar belajar. Aku kira dia percaya beberapa rumor tidak memiliki dasar yang nyata. Tapi leherku masih terasa sedikit sesak.

“Baiklah! Aku akan membuka sesi belajar... Okay, menjauhlah dariku!”

“Bagus! Saathya menambah uang sakuku.”

“Oh! Ini adalah sesi belajar pertama di tahun ajaran kali ini! Aku mengandalkanmu, Zeke-kun!"

Mendengarkan apa yang kukatakan, mereka semua kembali ke lintasan mereka. Seperti yang diharapkan dari sekolah persiapan. Motivasi mereka untuk belajar sangat tinggi. Aku harus mengadakan sesi belajar untuk semua orang sekarang.

“Bagaimana itu semua bisa terjadi dalam sekejap...”

“A-Aku minta maaf soal itu.”

Sophie tersenyum padaku dengan ekspresi bermasalah di wajahnya. Costas meletakkan tangannya di bahuku, aku yakin ini adalah caranya menyemangatiku. Anya kembaili ke mode normalnya, seolah-olah dia tidak peduli dengan situaisinya sama sekali.

Aku menggosok leherku, yang sedikit kencang, dan menghela napas keras.

Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan kelompok belajar... Aku berada dalam masalah. Dan untuk beberapa alasan, mereka semua tampaknya memiliki harapan tinggi terhadapku.

Aku dalam kesulitan.

Tapi anehnya, itu tidak terasa buruk.

<<>><<>><<>>-:<<>>:-<<>><<>><<>>

Apakah kalian tertarik, kalau tertarik.

Silahkan upvote agar saya tetap semangat buat update chapter baru.

Jika ingin donasi ke saya pribadi bisa dengan trakteer.id/alfa1278

Terimakasih udah baca.

~Alfa~

<<>><<>><<>>-:<<>>:-<<>><<>><<>>

SebelumnyaDaftar isi | Selanjutnya

Posting Komentar

0 Komentar