Desuge Imouto chapter 8

"318 hari yang lalu"

Penerjemah : Alfa
Diedit : Alfa

“Huh, terima kasih banyak, Yukari-chan…”

Aku menghela nafas sambil memotong kertas gambar dengan gunting. Selama pertemuan osis, Nojima-sensei memarahiku karena pekerjaanku tidak memiliki kemajuan. Aku benar-benar tidak ingin berhenti memberikan kejutan kepada kakakku, jadi aku memutuskan untuk meminta Yukari membantuku di akhir pekan. Sekarang ada tiga orang, termasuk Iwai, yang mengelilingi meja ruang tamu.

Dalam situasi berbahaya seperti ini, aku tidak bisa menahan perasaan terbebani dengan dia terus datang ke rumahku. Lebih tepatnya, itu karena aku merasa berhutang budi kepada ayah Yukari-chan, yang sepertinya mengantar Yukari-chan dan Iwai ke rumahku, menjemput mereka di malam hari dan mengembalikannya ke rumah.

“Jangan khawatir tentang itu! Lagipula aku sudah berjanji untuk membantu!”

“Terima kasih… Yukari-chan, jangan pernah ragu untuk memberitahuku jika ada sesuatu yang mengganggumu!”

“Hehe, sebenarnya kemarin kakakku berkelahi dengan ayahku. Dan jika Yukari tinggal di rumah hari ini saat mereka masih bertengkar, Yukari harus menghentikan mereka. Jadi, ada baiknya Yukari bisa datang ke rumah Mai-chan.”

(TN: Yukari terkadang suka ngomong pake perspektif orang ketiga, sama kayak di chapter 5)

"Itu sebabnya mari kita lakukan yang terbaik hari ini?" kata Yukari-chan sambil memiringkan kepalanya. Perasaanku tergerak dengan hatinya yang murni.

“Yukari-chan…!!”

Saat aku dan Yukari-chan saling berpelukan, Iwai mengeluarkan suara tidak senang. "Oi," dia memanggil kami, "jika kau tidak menggerakkan tanganmu, ini tidak akan pernah berakhir."

"Iya, iya."

Setelah menjawab, kami melanjutkan pekerjaan. Hari ini kakakku memiliki kelas percakapan bahasa Inggris online di kamarnya, dan sepertinya dia akan bergabung dengan kita setelahnya.

“Ngomong-ngomong, sepertinya pembunuhnya adalah seorang pria.”

Setelah beberapa saat, Iwai bergumam dengan ketegangan yang luar biasa. Kau dapat melihatnya dengan menonton berita. Namun, dia terus berbicara seolah melihat kembali tatapan curigaku dan Yukari-chan.

“Korbannya selalu perempuan. Dan selain itu, dia sepertinya bisa mengendalikan bola api.”

"Bola api?"

“Insiden itu terjadi cukup dekat dengan kita tempo hari, kan? Ada seorang kakek di dekat situ, yang mengaku menyaksikannya.”

Apakah ada hal yang tidak ilmiah semacam itu? Tapi itu agak bodoh, dan aku merasa sedikit kurang khawatir bahwa kakaku mungkin terlibat. Tidak ada setting tak terduga seperti Makoto Kurobe yang bisa mengendalikan bola api.

“Oh, ada Yukari-chan dan Iwai-kun?”

Saat aku sedang berbicara, pintu ruang tamu terbuka dan ibuku yang sedang bekerja di kamarnya keluar. Selain Iwai, Yukari-chan sering datang ke rumahku. Semua sutra di pemakaman kakek dan nenek dari ibuku dibuat oleh ayah Yukari-chan, jadi keluarga kami memiliki hubungan dengan keluarga Yukari-chan.

“Kalian berdua telah tumbuh lebih tinggi, bukan? Itu samar karena kalian sedang duduk, tetapi aku bisa melihat kalau kalian telah tumbuh lebih baik setiap kali aku bertemu dengan kalian. Ini luar biasa.”

Yukari-chan menjawab dengan, “Aku mungkin tidak akan tumbuh lebih dari ini,” sementara Iwai menjawab dengan, “Aku akan tumbuh lebih lagi!” Pintu ruang tamu terbuka lagi saat aku menyaksikan percakapan di antara mereka.

"Oh, Bu, kau disini ... Apakah kau punya waktu sekarang?"

"Apa ada masalah?"

Kakakku terlihat bermasalah dengan kamera di tangannya. Dia sepertinya sangat menyukai kamera sehingga dia mulai membawanya ke sekolah. Dia bahkan meletakkannya di mejanya saat pertemuan osis, itu bukan smartphone jadi tidak apa-apa.

“Sepertinya tidak ada cukup ruang. Ada video perjalanan keluarga, jadi aku tidak tahu harus berbuat apa… Sepertinya itu tidak bisa digunakan sebagai webcam kecuali terdapat sejumlah ruang… Ah.”

Kakakku melihat ke arah kami dan menambahkan, “Aku akan bergabung dengan kalian nanti”. Sementara aku mengucapkan terima kasih, mataku terpaku pada satu tempat.

Kamera kakakku, bagian lensanya menyala merah. Seolah-olah ingin menginformasikan rekamannya, cahayanya bersinar terik. Melihat cahaya yang kuat dan tajam, aku teringat kata-kata yang diucapkan Iwai tadi.

–– Pembunuhnya sepertinya bisa mengendalikan bola api.

Bola api itu adalah kameranya… Seorang lelaki tua yang tidak terbiasa dengan kamera melihatnya, jadi dia hanya menganggapnya sebagai bola api… Namun, jika kau menggunakannya sebagai webcam, apa gunanya membawa kamera meskipun kamu punya smartphone?

Perlahan, aku menoleh ke arah kakakku. Aku bisa melihat bagian dalam matanya yang gelap seperti biasanya, tapi hari ini itu terlihat lebih menakutkan.

<<>><<>><<>>-:<<>>:-<<>><<>><<>>

Apakah kalian tertarik, kalau tertarik.

Silahkan upvote agar saya tetap semangat buat update chapter baru.

Jika ingin donasi ke saya pribadi bisa dengan trakteer.id/alfa1278

Terimakasih udah baca.

~Alfa~

<<>><<>><<>>-:<<>>:-<<>><<>><<>>

Posting Komentar

0 Komentar