[Rengekan gadis jenius yang belum pernah kalah]
Ketika aku melihat kesamping, mataku bertemu dengan Anya,
mulutnya ternganga dan matanya berputar. Dia melotot ke arahku dengan tatapan
muram di wajahnya. Ini sangat tak diduga, dia biasanya selalu melihat ke arah
materi pembelajaran ataupun papan tulis, bukan hal lain.
Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup, aku benar-benar
membuat kontak mata dengannya.
“A-Apa ini?”
“..........”
Dia punya wajah lucu yang terlihat diwajahnya.
Dia selalu tampak sangat berwibawa dan tidak pernah
kehilangan ketenangannya, tapi sekarang wajahnya diselimuti oleh keterkejutan.
Dia tercengang, tertegun, mulutnya menganga, dan seluruh tubuhnya gemetar.
“..........”
A-Apa yang salah dengan dirinya?
“Hya-Hyakuten?”
(TN: Hyakuten/ seratus)
Dia berbicara dengan suara yang gemetar. Sudah lama sekali
sejak aku terakhir kali mendengar suaranya.
“A-Ah, ya.”
Aku mendapat nilai sempurna di setiap mata pelajaran. Aku
mampu menjaga harga diriku sebagai mantan pria yang sudah berumur 28 tahun.
Selama beberapa hari, aku merasakan tekanan tak berarti terhadap diriku
sendiri, karena bertanya-tanya apa yang akan kuperbuat jika aku mendapatkan
nilai rendah pada ujian untuk siswa sekolah dasar.
“Hya-Hya-Hyakuten!?”
“O-Oh...”
“Ka-Kau mendapatkan nilai lebih tinggi dariku?!”
“..........”
Tentu saja. Tak peduli seberapa jeniusnya dia, aku tidak
boleh menyepelekannya dan membiarkan diriku dikalahkan oleh seseorang yang sekarang baru berusia
tujuh tahun.
“A-Ah, tidak mungkin...”
“Eh?”
“Tak mungkin, Tak mungkin! Ini tak mungkin terjadi!”
“A-Apa yang terjadi?”
“Tak mungkin! Ini tak mungkin terjadi! Apa?! Kau...! Kau
pasti bercanda denganku...!”
“A-Apa yang salah denganmu!? Tenanglah Anya!”
“Apa...? Apa!? Kau mendapatkan nilai yang lebih tinggi
dariku, kau bego! Idiot! Bodoh, Bodoh...!”
“..........”
Dia tiba-tiba membuka mulutnya lalu mulai
berteriak-teriak dan meracau seperti anak yang berisik.
...Tidak, dia adalah anak-anak, tapi ini pertama kalinya aku
melihatnya membuat kegaduhan seperti yang anak-anak biasa lakukan, dan penampilannya
saat ini tidak seperti sikap dinginnya yang biasanya.
Aku saat ini sangatlah bingung. Tidak, bukan hanya aku saja.
Anak-anak dan guru di sekitarku juga tercengang dengan penampilan Anya. Tepat
sekali. Ini adalah pertama kalinya semua orang disini benar-banar mendengar
suara keras Anya.
“Apa? Memangnya siapa kamu...? Jangan bertingkah seperti dirimu sangat
penting...!”
“Tu-Tunggu, jangan menarik seragamku!”
Kerahku ditarik oleh seorang gadis berusia tujuh tahun.
“Bego, Bego! Idiot! Kepala Batu! Makmu bego!”
“..........”
Matanya sedikit berair.
“Tu-Tunggu, Anya-chan, apa yang salah? Kamu seharusnya tidak
boleh mengatakan hal seperti itu kepadanya.”
“Ah, uh, tak apa sensei.”
“Bego! Bego! Bego! Kau mendapatkan nilai yang lebih bagus
daripada diriku!”
Aku tidak bisa marah dengan sesuatu semacam ini. Daripada itu, rasa keterkejutanku benar-benar lebih besar daripada amarahku.
“AKU MEMBENCIMUUUUUU----“
“Ho! Lihat! Anya! Ini adalah hadiahmu karena mendapatkan nilai bagus dalam tes! Makanlah beberapa permen dan semangatilah dirimu.”
“..........”
Guru mengeluarkan kotak yang terisi penuh dengan permen dan
meminta Anya untuk memakannya. Di sekolah intensif ini, semakin bagus nilai
ujianmu, semakin mahal manisan yang kau dapat.
Tapi sejujurnya, aku tidak berpikir kalau dia akan tertarik
dengan perm,,,
“..........”
“...Tapi...I-Itu...”
Anya memandang ke arah manisannya dengan air di matanya?
Teriakannya telah berhenti dan perhatiannya teralih kepada berbagai manisan
yang terlihat lezat.
"A-Apa maksudnya ini? Beberapa saat yang lalu?"
Dengan pipi menggembung, mata sembab, pandangannya tidak meninggalkan rangkaian manisan yang dipegang oleh guru. Tampaknya
ketertarikannya sepenuhnya adalah demi manisan daripada ujiannya..
A-Apa apaan itu? Ada apa tentang semua ini?
Semua orang sedang bingung. Itu adalah pertama kalinya semua
orang melihat dia seperti ini. Semua orang memperhatikan setiap gerakan yang
dia lakukan.
“...Baiklah”
Dia membuat suara, kecil dan pengap lalu mulai diam. Amarah
yang pada awalnya menggebu-gebu kini tampaknya mulai mereda. Guru dan diriku mengelus dada kami dengan lega
saat kami melihat Anya telah sedikit tenang. Guru lalu melanjutkan mengembalikan
hasi ujian.
“Y-Ya, selamat untuk Zeke-kun karena mendapat peringkat pertama
di ujian... Itu sangat mengagumkan.”
“Terima kasih...”
Sebagai pemenang di posisi pertama, aku juga dihadiahi
dengan maisan. Hadiahku adalah kue dari toko malah di kota. Guru menyerahkannya
kepadaku sebuah kotak kecil, dan melalui celah di kotaknya, aku melihat kue
dengan dekorasi yamg cantik. Anak-anak suka kue. Semua orang di dalam kelas
melihat ke arahku dengan rasa iri. Aku tidak berpikir aku akan merasa cemburu
seperti semua orang yang berada di kelas, tapi aku dapat melihat sela-sela dari
kotak kalau kuenya memang terlihat lezat.
“Ah-Ahh... Ahhh.”
“Hmm...?”
Aku mendengar suara, aneh dan terguncang. Saat aku berbalik
kearah suara itu aku mendapati Anya sedang menatapku.
“Kueku...”
“Hmm?”
“Eh?”
Wajah Anya pucat dan tubuhnya gemetar. Ketika dia melihatku
mengambil kotak kue itu dari guru, dia nampak putus asa, seperti dia baru saja
melihat akhir dari dunia.
“KUEKU!”
“..........”
Anya mulai mengatakan sesuatu yang tidak dapat dimengerti
lagi.
“Aku selalu berada diposisi pertama... Kue itu milikku,”
“..........”
Anya menaruh tangannya di pipinya dan membuat suara
menangis.
...Jadi begitu. Dia selalu menjadi murid terbaik di kelas
pada sekolah ini. Bisa dikatan, setiap potong kue yang merupakan hadiah bagi
posisi pertama diperoleh oleh dirinya.
Tapi dia kehilangn tempat pertama kali ini jadi kuenya secara
mutlak diberikan padaku.
“Itu kueku...”
“..........”
Aku ingin mengatakan kalau itu bukan miliknya, tapi aku
merasa kalau diriku baru saja mencuri permen dari anak kecil, jadi hati nuraniku
mulai sakit.
Tapi ketika aku melihatnya, aku merasa kebingungan.
Hingga sekarang, dia sangat dingin, gadis penyendiri tanpa
ketertarikan dengan siapapun. Aku tidak pernah melihat dirinya tertawa bahagia
atau menjadi marah seperti iblis. Ketertarikan satu-satunya yang dia miliki
hanyalah belajar.
Dia saat ini gemetaran karena dia tidak dapatkan sepotong
kue. Melihat dirinya berapi-api karena dia kalah denganku dalam ujian. Hanya
beberapa saat yang lalu, aku tidak pernah membayangkan dapat melihatnya seperti
itu.
Bukan haya aku yang merasa pusing. Guru dan seluruh teman
sekelasku juga memutar mata mereka dalam keterkejutan.
“Kueku...! Uwaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!”
“Ah, Areh? Anya-chan, kemana kamu pergi? Anya-chaaaaaaaaan!”
Guru berseru dan melambaikan tangannya, tapi Anya telah berlari
keluar kelas sambil menangis.
“..........”
Kesunyian menyebar disekitar ketika dia berlari keluar dari
kelas.
Tak ada siapapun yang pernah melihatnya seperti itu
sebelumnya. Semua orang terkagum-kagum karena dirinya.
...Kesimpulannya.
Setelah ini aku akan mengalami hubungan jangka panjang
dengan Anya... Dia benci kalah. Aku yakin kau tahu apa alasannya.
Dia adalah gadis dengan semangat berkompetisi yang keras.
<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>
Kalau ada kesalahan translate silahkan bilang di komen.
Terimakasih udah baca.
~Alfa~
<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>
Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya
0 Komentar
Stay with Liscia Novel #Romcom