About the Reckless Girl Vol.1 chapter 1-3

"Gadis sembrono dan menjanjikan, lebih sulit dibanding tes manapun (3)"

Penerjemah : Alfa
Diedit : Alfa

[Rengekan gadis jenius yang belum pernah kalah]

Ketika aku melihat kesamping, mataku bertemu dengan Anya, mulutnya ternganga dan matanya berputar. Dia melotot ke arahku dengan tatapan muram di wajahnya. Ini sangat tak diduga, dia biasanya selalu melihat ke arah materi pembelajaran ataupun papan tulis, bukan hal lain.

Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup, aku benar-benar membuat kontak mata dengannya.

“A-Apa ini?”

“..........”

Dia punya wajah lucu yang terlihat diwajahnya.

Dia selalu tampak sangat berwibawa dan tidak pernah kehilangan ketenangannya, tapi sekarang wajahnya diselimuti oleh keterkejutan. Dia tercengang, tertegun, mulutnya menganga, dan seluruh tubuhnya gemetar.

“..........”

A-Apa yang salah dengan dirinya?

“Hya-Hyakuten?”

(TN: Hyakuten/ seratus)

Dia berbicara dengan suara yang gemetar. Sudah lama sekali sejak aku terakhir kali mendengar suaranya.

“A-Ah, ya.”

Aku mendapat nilai sempurna di setiap mata pelajaran. Aku mampu menjaga harga diriku sebagai mantan pria yang sudah berumur 28 tahun. Selama beberapa hari, aku merasakan tekanan tak berarti terhadap diriku sendiri, karena bertanya-tanya apa yang akan kuperbuat jika aku mendapatkan nilai rendah pada ujian untuk siswa sekolah dasar.

“Hya-Hya-Hyakuten!?”

“O-Oh...”

“Ka-Kau mendapatkan nilai lebih tinggi dariku?!”

“..........”

Tentu saja. Tak peduli seberapa jeniusnya dia, aku tidak boleh menyepelekannya dan membiarkan diriku dikalahkan oleh seseorang yang sekarang baru berusia tujuh tahun.

“A-Ah, tidak mungkin...”

“Eh?”

“Tak mungkin, Tak mungkin! Ini tak mungkin terjadi!”

“A-Apa yang terjadi?”

“Tak mungkin! Ini tak mungkin terjadi! Apa?! Kau...! Kau pasti bercanda denganku...!”

“A-Apa yang salah denganmu!? Tenanglah Anya!”

“Apa...? Apa!? Kau mendapatkan nilai yang lebih tinggi dariku, kau bego! Idiot! Bodoh, Bodoh...!”

“..........”

Dia tiba-tiba membuka mulutnya lalu mulai berteriak-teriak dan meracau seperti anak yang berisik.

 

...Tidak, dia adalah anak-anak, tapi ini pertama kalinya aku melihatnya membuat kegaduhan seperti yang anak-anak biasa lakukan, dan penampilannya saat ini tidak seperti sikap dinginnya yang biasanya.

Aku saat ini sangatlah bingung. Tidak, bukan hanya aku saja. Anak-anak dan guru di sekitarku juga tercengang dengan penampilan Anya. Tepat sekali. Ini adalah pertama kalinya semua orang disini benar-banar mendengar suara keras Anya.

“Apa? Memangnya siapa kamu...? Jangan bertingkah seperti dirimu sangat penting...!”

“Tu-Tunggu, jangan menarik seragamku!”

Kerahku ditarik oleh seorang gadis berusia tujuh tahun.

“Bego, Bego! Idiot! Kepala Batu! Makmu bego!”

“..........”

Matanya sedikit berair.

“Tu-Tunggu, Anya-chan, apa yang salah? Kamu seharusnya tidak boleh mengatakan hal seperti itu kepadanya.”

“Ah, uh, tak apa sensei.”

“Bego! Bego! Bego! Kau mendapatkan nilai yang lebih bagus daripada diriku!”

Aku tidak bisa marah dengan sesuatu semacam ini. Daripada itu, rasa keterkejutanku benar-benar lebih besar daripada amarahku.

“AKU MEMBENCIMUUUUUU----“

“Ho! Lihat! Anya! Ini adalah hadiahmu karena mendapatkan nilai bagus dalam tes! Makanlah beberapa permen dan semangatilah dirimu.”

“..........”

Guru mengeluarkan kotak yang terisi penuh dengan permen dan meminta Anya untuk memakannya. Di sekolah intensif ini, semakin bagus nilai ujianmu, semakin mahal manisan yang kau dapat.

Tapi sejujurnya, aku tidak berpikir kalau dia akan tertarik dengan perm,,,

“..........”

“...Tapi...I-Itu...”

Anya memandang ke arah manisannya dengan air di matanya? Teriakannya telah berhenti dan perhatiannya teralih kepada berbagai manisan yang terlihat lezat.

"A-Apa maksudnya ini? Beberapa saat yang lalu?"

Dengan pipi menggembung, mata sembab, pandangannya tidak meninggalkan rangkaian manisan yang dipegang oleh guru. Tampaknya ketertarikannya sepenuhnya adalah demi manisan daripada ujiannya..

A-Apa apaan itu? Ada apa tentang semua ini?

Semua orang sedang bingung. Itu adalah pertama kalinya semua orang melihat dia seperti ini. Semua orang memperhatikan setiap gerakan yang dia lakukan.

“...Baiklah”

Dia membuat suara, kecil dan pengap lalu mulai diam. Amarah yang pada awalnya menggebu-gebu kini tampaknya mulai mereda. Guru dan diriku mengelus dada kami dengan lega saat kami melihat Anya telah sedikit tenang. Guru lalu melanjutkan mengembalikan hasi ujian.

“Y-Ya, selamat untuk Zeke-kun karena mendapat peringkat pertama di ujian... Itu sangat mengagumkan.”

“Terima kasih...”

Sebagai pemenang di posisi pertama, aku juga dihadiahi dengan maisan. Hadiahku adalah kue dari toko malah di kota. Guru menyerahkannya kepadaku sebuah kotak kecil, dan melalui celah di kotaknya, aku melihat kue dengan dekorasi yamg cantik. Anak-anak suka kue. Semua orang di dalam kelas melihat ke arahku dengan rasa iri. Aku tidak berpikir aku akan merasa cemburu seperti semua orang yang berada di kelas, tapi aku dapat melihat sela-sela dari kotak kalau kuenya memang terlihat lezat.

“Ah-Ahh... Ahhh.”

“Hmm...?”

Aku mendengar suara, aneh dan terguncang. Saat aku berbalik kearah suara itu aku mendapati Anya sedang menatapku.

“Kueku...”

“Hmm?”

“Eh?”

Wajah Anya pucat dan tubuhnya gemetar. Ketika dia melihatku mengambil kotak kue itu dari guru, dia nampak putus asa, seperti dia baru saja melihat akhir dari dunia.

“KUEKU!”

“..........”

Anya mulai mengatakan sesuatu yang tidak dapat dimengerti lagi.

“Aku selalu berada diposisi pertama... Kue itu milikku,”

“..........”

Anya menaruh tangannya di pipinya dan membuat suara menangis.

...Jadi begitu. Dia selalu menjadi murid terbaik di kelas pada sekolah ini. Bisa dikatan, setiap potong kue yang merupakan hadiah bagi posisi pertama diperoleh oleh dirinya.

Tapi dia kehilangn tempat pertama kali ini jadi kuenya secara mutlak diberikan padaku.

“Itu kueku...”

“..........”

Aku ingin mengatakan kalau itu bukan miliknya, tapi aku merasa kalau diriku baru saja mencuri permen dari anak kecil, jadi hati nuraniku mulai sakit.

Tapi ketika aku melihatnya, aku merasa kebingungan.

Hingga sekarang, dia sangat dingin, gadis penyendiri tanpa ketertarikan dengan siapapun. Aku tidak pernah melihat dirinya tertawa bahagia atau menjadi marah seperti iblis. Ketertarikan satu-satunya yang dia miliki hanyalah belajar.

Dia saat ini gemetaran karena dia tidak dapatkan sepotong kue. Melihat dirinya berapi-api karena dia kalah denganku dalam ujian. Hanya beberapa saat yang lalu, aku tidak pernah membayangkan dapat melihatnya seperti itu.

Bukan haya aku yang merasa pusing. Guru dan seluruh teman sekelasku juga memutar mata mereka dalam keterkejutan.

“Kueku...! Uwaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!”

“Ah, Areh? Anya-chan, kemana kamu pergi? Anya-chaaaaaaaaan!”

Guru berseru dan melambaikan tangannya, tapi Anya telah berlari keluar kelas sambil menangis.

“..........”

Kesunyian menyebar disekitar ketika dia berlari keluar dari kelas.

Tak ada siapapun yang pernah melihatnya seperti itu sebelumnya. Semua orang terkagum-kagum karena dirinya.

...Kesimpulannya.

Setelah ini aku akan mengalami hubungan jangka panjang dengan Anya... Dia benci kalah. Aku yakin kau tahu apa alasannya.

Dia adalah gadis dengan semangat berkompetisi yang keras.

<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>

Kalau ada kesalahan translate silahkan bilang di komen.

Terimakasih udah baca.

~Alfa~

<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>

Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya

 

Posting Komentar

0 Komentar