How to Keep a Distance form a Beautiful Girl Vol 1 chapter 4-4

 

"Lingkarkan tanganmu di leherku"

Penerjemah : Alfa
Diedit : Alfa

“Huh?! Makanan buatanku telah menghilang?”

Tachibana berseru karena kagum saat melihat kearah kulkas.

“Ya, kelihatannya aku memakan semuanya kemarin.”

“Aku membuat itu untuk 4 hari, apakah kau membaginya dengan seseorang?”

“Tidak, aku memakan semuanya sendiri. Apakah kau berpikir aku memiliki seseorang untuk berbagi?”

“Ya... itu benar”

“Hey!”        

Itu akan bagus kalau kau sedikit menyangkalnya.

“...Kau memiliki porsi makan yang banyak, itu tidak terduga.”

“Tidak, itu hanya karena makanannya sangatlah enak.

“...Apakah begitu?”

Bibir Tachibana terangkat dan membentuk senyum kecil.

Dia kelihatannya senang ketika dia dipuji.

Dibandingkan dengan kesan pertamanya, dia kelihatan lebih seperti “manusia”.

Tapi itu memang benar-benar lezat.

Aku seharusnya menyimpannya beberapa.

Aku pergi ke dapur dan duduk di meja.

Menaburi rumput laut, mayonaise, dan nasi yang telah kusiapkan di meja.

“Uhh...Apa itu?”

“Ini adalah makan malam hari ini.”

“...Mustahil”

“Ya, aku tahu. Tapi aku tidak bisa menghindarinya, aku tidak memiliki sesuatu yang lain untuk dimakan.”

“Tetap saja... Tunggu sebentar”

Tachibana berdiri dan pergi ke pintu depan.

“Kemana kau akan pergi?”

“Aku memiliki kari di rumah. Meskipun itu instan, itu lebih baik daripada apa yang kau makan.”

“Oh, terima kasih.”

“Aku akan segera kembali”

‘Hey! Apakah kau bisa pergi sendiri?”

“...Apa yang kau maksud?”

Ah... ya... Petirnya tidak menakutkan sama sekali.

“Tidak, tidak ada”

“Apakah begitu?”

Tachibana membuka pintu dan melihat kearah langit.

Hujannya menjadi lebih tipis dari pada sebelumnya.

Tapi itu masih cukup deras.

“...Kesempatan”

Tachibana menutup pintu dibelakangnya saat dia berkata dengan suara yang samar namun terdengar jelas.

Suara langkah kakinya semakin pudar.

“Apakah dia baik-baik saja...?”

Bagaimanapun juga, tidak ada sesuatu yang bisa kulakukan.

Jadi aku memutuskan untuk menunggu sambil memakan bumbu rumput lautku.

Yah, bumbu rumput laut memiliki kelezatannya sendiri.

Pada saat-saat ini, muncul suara auaman keras.

Petirnya datang lagi dan itu cukup besar.

Oh tidak...

Ini buruk...

Aku bergegas mendekati pintu keluar dan membukanya, lalu melihat keluar.

Saat aku melihatnya dengan lebih teliti, aku melihat tangan di dekat langkah-langkah terakhir tangga.

Itu adalah... tidak...

“Tachibana!”

“Ku-Ku-Kusuba?”

Itu adalah Tachibana.

Dia menjadi ketakutan dan memegangi pegangan di dekat tangga.

Ada sebuah kotak kari yang dia genggam dengan erat di tangannya.

“Uhh... Apa yang sebaiknya kulakukan?”

Tachibana terlihat kaku karena ketakutan.

Itu tidak akan aneh jika petir berikutnya akan datang setelah ini.

Jika kau sebegitu ketakutannya, kau tidak perlu terlalu memaksakannya.

Kenapa dia melakukannya hanya untuk makananku?

“Kau mungkin akan menganggap ini sebagai hutang budi lagi”

“Eh...?”

“Itu lebih baik dari pada berada di luar dan kehujanan. Aku akan menggendongmu di punggunku untuk membawamu kembali ke ruanganku.”

Aku turun beberapa langkah di bawah tempat Tachibana berdiri dan membalik punggungku kearah Tachibana.

Sekali lagi, aku terlibat dengannya.

Tapi aku sudah terbiasa sekarang.

Hanya sekali lagi tidak akan masalah.

(TN: Are you sure about that)

“Sekarang, naiklah.”

“A-Aku...Aku tidak bisa bergerak”

“Benarkah?”

“Jika hanya menggapaimu, aku mungkin bisa melakukannya...”

“Baiklah”

Oh... tidak...

Jika aku melakukannya, itu akan menjadi bencana.

Tapi sudah terlambat untuk itu.

Aku memaksakan untuk menaruh tanganku di bawah lututnya, saat dia sedang berada dalam posisi meringkuk.

Pada saat yang sama, aku menaruh tanganku yang satu lagi di belakang punggungnya dan mengangkatnya sekuat yang aku bisa.

“Ayolah...”

“Gah...Ku-Kusuba?”

Itu menjadi gendongan putri yang terkenal.

Melihat kearah Tachibana, berat badannya cukup ringan, tapi itu tetap sulit untuk murid dalam ruangan sepertiku.

“lingkarkan tanganmu di leherku”

“Aku...Ya”

Tangan Tachibana terikat di sekitar leherku.

Stressnya sedikit berkurang, dan aku mulai menggendongnya menaiki tangga.

Sisa dari pijakan tangganya lurus, itu seharusnya mudah.

“Umm...Kusuba-san”

“Ya?”

“...Maaf...”

“...Tolong buatkan hidangan lagi.”

“...Ya” 

<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>

Silahkan upvote agar saya tetap semangat buat update chapter baru.

Terimakasih udah baca.

~Alfa~

<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>

Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya

Posting Komentar

0 Komentar