How to Keep a Distance form a Beautiful Girl Vol 1 chapter 3-6

 

"Apakah kau membencinya?"

Penerjemah : Alfa
Diedit : Alfa

“Gochisosamadeshita.”

“Itu tadi lezat.”

Kami berdua menundukkan kepala kami secara bersamaan.

Itu tadi sangatlah lezat hingga aku tidak dapat berhenti memakannya.

“Simpan sisanya di lemari es, kamu dapat memakannya lagi jika kau memenaskannya di dalam microwave.”

“Baiklah, aku mengerti... terimakasih, sungguh.”

“Mulai sekarang, makanlah makanan bernutrisi seimbang daripada makanan cepat saji.”

“...Eh”

“Jawabanmu mencurigakan.”

“Mi cup dan pasta adalah pendamping seorang laki-laki yang hidup sendirian.”

(TN: Mungkin anak-anak kost bisa relate dengan ini)

“itu adalah sebuah kebiasaan buruk, apakah kau belum pernah memasak makanan sendiri?”

“itu menyusahkan.”

“...Aku mengatakan sesuatu semacam ini karena warna kulitmu terlihat pucat, dan juga matamu.”

“Mataku memang sudah seperti ini dari awal.”

“Apakah begitu?”

Tacibana terlihat terkejut.

Aku memiliki perasaan kalau aku baru saja mengatakan sesuatu yang tak biasa.

Atau apakah dia memang serius khawatir denganku?

“Apakah Tachibana jago memasak?”

“Yah... seperti itu.”

“Seperti itu. Hey!”

Kau dapat memasak makanan selezat itu, lalu apa yang kau maksud dengan, “Seperti itu”.

Maksudku, Tachibana adalah gadis yang luar biasa cantik, yang dapat memasak. Bukankah itu sudah terlalu tinggi?

Dan, dia juga baik dalam belajar.

Meskipun jika dia takut terhadap kecoak, itu masih bisa dianggap sebagai keunggulan.

Kekurangannya satu-satunya adalah kami berdua sedikit mirip.

Setelah makan, Tachibana tidak menunjukkan tanda kalau dia akan kembali ke apartemennya.

Tapi itu kasar jika aku menyuruhnya untuk pulang.

Ayo tunggu saja dan lihat apa yang terjadi.

“Sekarang setelah kuingat-ingat, Tachibana tidak melakukan kegiatan klub sama sekali, bukan begitu?”

“Ya, aku tidak tertarik dengan semua itu sama sekali.”

Tachibana menjawap pertanyaan pribadi yang kukatakan dengan jelas.

Aku bertanya-tanya apakah dia adalah orang yang terbuka.

“Hmm... Apa yang biasa kau lakukan di rumah?”

“Membaca buku, menonton film, lalu belajar.”

“Hmm...”

Mengejutkannya itu adalah sesuatu yang normal.

Yah... Tachibana bisa jadi memang cukup cantik, tapi dia masih tetaplah siswi SMA.

“Apa yang Kusuba-san lakukan?”

“Paling-paling makan atau tidur.”

“Belajar?”

“Apakah belajar termasuk? Apakah kau memasukkan belajar?”

“Aku melakukannya tadi.”

“Oh, kalau dipikir-pikir, kau memang melakukannya.”

“Setelah kau belajar, apa lagi yang kau lakukan?”

“Makan atau tidur.”

(TN: Ini sangat amat menggambarkan gweh :v)

Tachibana mencoba menahannya tapi dia sekarang terkikik/

Aku merasa seperti aku baru saja melakukan sesuatu.

(TN: Maksudnya dia merasa kalau dia dengan Tachibana jadi makin dekat)

Sebelum aku menyadarinya, Tachibana dan aku mulai berbicara layaknya teman.

Banyak sekali sesuatu yang terjadi dalam beberapa hari terakhir dan aku tak dapat menghindarinya...

“Hey. Kusuba-san.”

“Ada apa?”

Atau mungkin hanya aku saja yang terlalu bersemangat...

Tachibana kelihatan bahagia dan tenang saat dia berkata, “Kupikir kamu adalah orang yang baik.”

Jika begitu, aku perlu menenangkan diriku secepatnya.

Karena aku yakin itu hanya akan menjadi penyebab penyesalan dan kekecewaan.

Aku mungkin dapat melakukan sesuatu yang tak terduga.

“Apakah kau benar-benar membenciku, katakan?”

“...Tidak, sungguh.”

Saat Tachibana menjawab, aku pikir dia memiliki pandangan yang mencurigakan.

“Kenapa?”

“Apakah ada suatu alasan bagiku untuk membencimu?”

“Tidak... tapi... aku...”

Aku terdiam.

Karena aku menjijikan.

Karena aku gelap.

Karena itu semua sudah jelas.

“Aku pikir ini akan menjadi permainan yang sulit,” aku berkata.

Tidak peduli apa yang aku jelaskan kepada Tachibana, aku merasa dia hanya akan memiringkan kepalanya.

“...Aku tidak tahu hubungan macam apa yang kau punya dengan orang-orang disekitarmu...”

“...”

“...Tapi, aku bersyukur untukmu dan aku tidak punya kesan buruk tentangmu. Aku suka berbicara denganmu disini, seperti hari ini. Jika kau tidak menyukainya, aku tidak akan datang kesini.”

“...Aku mengerti.”

Tidak ada keraguan ataupun tanda kebohongan dalam suaranya.

Untukku, kelihatannya dia seperti berbicara dari lubuk hatinya yang terdalam.

Aku ingin membersihkan ekspetasi yang kumiliki didalam diriku ini.

Alasan aku menanyakan pertanyaan ini adalah agar ditolak.

...Tapi bukan jawaban itu yang kuterima.

Jika aku ingin jujur, aku mungkin memang menunggu untuk mendengar jawaban seperti ini sepanjang waktu.

“,,,Kau aneh, Tachibana.”

“Tidak mungkin sebanyak dirimu.” 

<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>

Silahkan upvote agar saya tetap semangat buat update chapter baru.

Terimakasih udah baca.

~Alfa~

<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>

Sebelumnya | Daftar isi |

Posting Komentar

0 Komentar