“Gochisosamadeshita.”
“Itu tadi lezat.”
Kami berdua menundukkan kepala kami secara bersamaan.
Itu tadi sangatlah lezat hingga aku tidak dapat berhenti
memakannya.
“Simpan sisanya di lemari es, kamu dapat memakannya lagi
jika kau memenaskannya di dalam microwave.”
“Baiklah, aku mengerti... terimakasih, sungguh.”
“Mulai sekarang, makanlah makanan bernutrisi seimbang
daripada makanan cepat saji.”
“...Eh”
“Jawabanmu mencurigakan.”
“Mi cup dan pasta adalah pendamping seorang laki-laki yang
hidup sendirian.”
(TN: Mungkin anak-anak kost bisa relate dengan ini)
“itu adalah sebuah kebiasaan buruk, apakah kau belum pernah
memasak makanan sendiri?”
“itu menyusahkan.”
“...Aku mengatakan sesuatu semacam ini karena warna kulitmu
terlihat pucat, dan juga matamu.”
“Mataku memang sudah seperti ini dari awal.”
“Apakah begitu?”
Tacibana terlihat terkejut.
Aku memiliki perasaan kalau aku baru saja mengatakan sesuatu
yang tak biasa.
Atau apakah dia memang serius khawatir denganku?
“Apakah Tachibana jago memasak?”
“Yah... seperti itu.”
“Seperti itu. Hey!”
Kau dapat memasak makanan selezat itu, lalu apa yang kau
maksud dengan, “Seperti itu”.
Maksudku, Tachibana adalah gadis yang luar biasa cantik,
yang dapat memasak. Bukankah itu sudah terlalu tinggi?
Dan, dia juga baik dalam belajar.
Meskipun jika dia takut terhadap kecoak, itu masih bisa
dianggap sebagai keunggulan.
Kekurangannya satu-satunya adalah kami berdua sedikit mirip.
Setelah makan, Tachibana tidak menunjukkan tanda kalau dia
akan kembali ke apartemennya.
Tapi itu kasar jika aku menyuruhnya untuk pulang.
Ayo tunggu saja dan lihat apa yang terjadi.
“Sekarang setelah kuingat-ingat, Tachibana tidak melakukan
kegiatan klub sama sekali, bukan begitu?”
“Ya, aku tidak tertarik dengan semua itu sama sekali.”
Tachibana menjawap pertanyaan pribadi yang kukatakan dengan
jelas.
Aku bertanya-tanya apakah dia adalah orang yang terbuka.
“Hmm... Apa yang biasa kau lakukan di rumah?”
“Membaca buku, menonton film, lalu belajar.”
“Hmm...”
Mengejutkannya itu adalah sesuatu yang normal.
Yah... Tachibana bisa jadi memang cukup cantik, tapi dia
masih tetaplah siswi SMA.
“Apa yang Kusuba-san lakukan?”
“Paling-paling makan atau tidur.”
“Belajar?”
“Apakah belajar termasuk? Apakah kau memasukkan belajar?”
“Aku melakukannya tadi.”
“Oh, kalau dipikir-pikir, kau memang melakukannya.”
“Setelah kau belajar, apa lagi yang kau lakukan?”
“Makan atau tidur.”
(TN: Ini sangat amat menggambarkan gweh :v)
Tachibana mencoba menahannya tapi dia sekarang terkikik/
Aku merasa seperti aku baru saja melakukan sesuatu.
(TN: Maksudnya dia merasa kalau dia dengan Tachibana jadi
makin dekat)
Sebelum aku menyadarinya, Tachibana dan aku mulai berbicara
layaknya teman.
Banyak sekali sesuatu yang terjadi dalam beberapa hari terakhir
dan aku tak dapat menghindarinya...
“Hey. Kusuba-san.”
“Ada apa?”
Atau mungkin hanya aku saja yang terlalu bersemangat...
Tachibana kelihatan bahagia dan tenang saat dia berkata,
“Kupikir kamu adalah orang yang baik.”
Jika begitu, aku perlu menenangkan diriku secepatnya.
Karena aku yakin itu hanya akan menjadi penyebab penyesalan
dan kekecewaan.
Aku mungkin dapat melakukan sesuatu yang tak terduga.
“Apakah kau benar-benar membenciku, katakan?”
“...Tidak, sungguh.”
Saat Tachibana menjawab, aku pikir dia memiliki pandangan
yang mencurigakan.
“Kenapa?”
“Apakah ada suatu alasan bagiku untuk membencimu?”
“Tidak... tapi... aku...”
Aku terdiam.
Karena aku menjijikan.
Karena aku gelap.
Karena itu semua sudah jelas.
“Aku pikir ini akan menjadi permainan yang sulit,” aku
berkata.
Tidak peduli apa yang aku jelaskan kepada Tachibana, aku
merasa dia hanya akan memiringkan kepalanya.
“...Aku tidak tahu hubungan macam apa yang kau punya dengan
orang-orang disekitarmu...”
“...”
“...Tapi, aku bersyukur untukmu dan aku tidak punya kesan
buruk tentangmu. Aku suka berbicara denganmu disini, seperti hari ini. Jika kau
tidak menyukainya, aku tidak akan datang kesini.”
“...Aku mengerti.”
Tidak ada keraguan ataupun tanda kebohongan dalam suaranya.
Untukku, kelihatannya dia seperti berbicara dari lubuk
hatinya yang terdalam.
Aku ingin membersihkan ekspetasi yang kumiliki didalam
diriku ini.
Alasan aku menanyakan pertanyaan ini adalah agar ditolak.
...Tapi bukan jawaban itu yang kuterima.
Jika aku ingin jujur, aku mungkin memang menunggu untuk
mendengar jawaban seperti ini sepanjang waktu.
“,,,Kau aneh, Tachibana.”
“Tidak mungkin sebanyak dirimu.”
<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>
Silahkan upvote agar
saya tetap semangat buat update chapter baru.
Terimakasih udah baca.
~Alfa~
<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>
0 Komentar
Stay with Liscia Novel #Romcom