[...lebih sulit daripada tes manapun]
Sudah lebih dari tiga tahun semenjak aku bertemu dengan Anya. Saat ini adalah musim panas di umurku yang telah berusia 11 tahun.
Aku menatap keluar jendela sekolah intensif di hari yang
panas dan lembab dengan matahari yang bersinar terang ke arahku. Cuacanya
sangat jauh berbeda dengan hari bersalju lebat pada saat aku mati.
Aku bereinkarnasi. Aku pernah hidup selama 28 tahun
sebelumnya, yang mati karena penyakit, dan entah bagaimana tereinkarnasi beberapa
tahun setelahnya. Lalu sekarang entah bagaimana aku memulai hidupku dari awal lagi.
Permainan diantara aku dan Anya berlanjut tanpa henti.
Walau, dia satu-satunya orang yang tetap menghampiriku untuk menantangku. Dia
telah menantangku dalam setiap jenis tes, termasuk bahasa jepang, aritmatika,
dan teori sihir, tentu saja aku memenangkan setiap tantangannya. Bagaimanapun juga itu sudah alami, ujian sekolah dasar adalah jenis ujian dimana kau akan
mampu mendapatkan nilai 100 di setiap mata pelajaran jika kau adalah orang dewasa. Tidak
mungkin aku akan kalah.
Walau, meski kupikir aku dapat menggapai sesuatu yang dulunya tak ada di kehidupan lamaku, aku masih tetap merasa bersalah
ketika aku tetap memenangkan permainan dengannya, karena melihat ekspresi
kekesalannya setiap kali aku menang.
“Aku merasa buruk, meski kupikir aku seharusnya mendapat
kehidupan yang spesial atas kehendakku sendiri...”
“Apa yang kau bisikkan kepada dirimu sendiri dengan suara
kecil, Zeke? Ayolah, mari mainkan permainan lain hari ini.”
Oh tidak, aku baru saja mengatakan sesuatu yang seharusnya tak
seorangpun dapat mendengarnya, tapi aku baru menyadari kalau Anya tepat berada di sampingku. Dia selalu berada di dekatku, jadi dia seharusnya mendengarku.
“...Apa kau mendengar apa yang baru saja kukatakan?”
“Tidak sama sekali! Kupikir jika kau tidak ingin aku
mendengarnya, kau seharusnya tidak mengatakannya dengan keras.”
“...Kau memang benar, diam adalah emas. Huh?”
Dia kelihatannya mencintai kompetisi, dan dia sangat
membenci kekalahan lebih dari apapun. Dia dengan penuh gairah menantangku
bertanding, dan setiap kali dia kalah, dia berjalan akan dengan lemas. Dia
adalah gadis yang dingin dan pendiam sepanjang waktu sebelum akhirnya permainan
denganku dimulai. Dia adalah gadis penyendiri yang sangat jarang berbicara
dengan orang dan tak tertarik dengan temannya sama sekali.
Tapi ketika itu berkaitan dengan bermain permainan denganku, dia
menjadi sepanas api.
Pada awalnya, semua orang disekolah, termasuk diriku,
terkejut tentang perbedaan dia yang sekarang dengan dia yang sebelumnya. Tapi
setelah tiga tahun berlalu, semua orang telah terbiasa dengan Anya, dan
beberapa orang yang tidak nyaman dengannya tiga tahun lalu saat ini tersenyum
dan tertawa karena perilakunya, seakan mereka menonton seorang anak kecil dengan
kasihan di mata mereka. Meskipun dia telah tumbuh setelah tiga
tahun berlalu, Anya tetap di perlakukan seperti anak kecil lebih sering
daripada sebelumnya,,, itu cukup menyedihkan...
Dia dalah seorang gadis yang rumit namun sederhana. Dia
biasanya sedingin es, tapi sangat penuh gairah ketika itu menyangkut
kemenangan.
Aku tetap memenangkan permainan melawan Anya ini.
Bagaimanapun, pada akhirnya, prestasi yang kudapat kali ini
adalah berkat pengalaman istimewa yang diketahui sebagai “reinkarnasi” dan
bukanlah berkat dari kemampua ataupun usahaku sendiri. Sudah sewajarnya untukku
bila merasa bersalah karena memakai kemampuanku dan mengalahkan dirinya yang
telah bekerja keras, atau apakah itu berarti aku secara mental tetaplah orang
biasa?
“Oh, ya Tuhan! Sial! Kenapa 100 poin lagi! Aku tidak
bisa menang kalau seperti ini! Ini tak adil! Ini tak adil! Zeke...!”
Anya menangis lagi.
Dia adalah jenius yang sebenarnya, dan dia telah bekerja sangat
keras, dia pada dasarnya bukanlah orang biasa sepertiku. Jika sesuatu
berjalan sesuai apa adanya, dia akan lulus dari sekolah menengah atas yang
bagus, pergi ke universitas, dan bekerja di perusahaan ternama. Dia memiliki
kemampuan yang mengagumkan yang dapat kita lihat dari awal kehidupannya.
Bagaimanapun, seperti kata pepatah, “orang biasa di umur
20”, selama dia tidak menyia-nyiakan usaha apapun di masa depan.
“...ini, Anya. Ini permen hari ini. Makanlah dan buatlah
dirimu dalam suasana hati yang lebih baik.”
“..........”
Untuk menghiburnya, aku memberinya beberapa manisan yang aku
beli untuk memperbaiki suasana hatinya. Dan juga sebagai permintaan maaf
untuknya.
“...Aku ingin coklat hari ini”
“Ya, aku sudah menyiapkannya untukmu juga, oke?”
“Benarkah?”
Dia terlihat berseri-seri. Ini sepertinya merupakan hukuman karena aku
menang, dan kebanyakan dari uang sakuku dihabiskan untuk membeli permen
untuknya.
Aku harus memilih manisan yang sesuai dengan keinginannya,
penyesuaian musim, dan sentuhan spesial lainnya, aku punya waktu yang
sangat sulit untuk memilih manisan yang dapat menghibur hati rumit seorang
wanita. Jika aku memilih manisan yang salah, aku akan menghabiskan sisa hariku
menatap wajah cemberutnya.
(TN: Gw belum pernah punya pacar, yang udh punya pacar
apakah anda sama kayak orang ini)
Dia biasanya sangat dingin, tapi setiap kali dia terlibat
denganku, dia akan sangat bergairah, dan ketika dia kalah, dia selalu terlihat
kecewa.
Mengerti pemikiran seorang wanita yang lembut lebih sulit
daripada tes manapun.
<<>><<>><<>>-:<<>>:-<<>><<>><<>>
Silahkan upvote agar
saya tetap semangat buat update chapter baru.
Terimakasih udah baca.
~Alfa~
<<>><<>><<>>-:<<>>:-<<>><<>><<>>
0 Komentar
Stay with Liscia Novel #Romcom