Teman sekelas sedang berkumpul disekolah untuk tes
keberanian. Ketika mereka sedang menunggu perwakilan kelas di kelas, siaran
tiba-tiba dimulai, suara mesin dapat terdengar mengatakan “Selamat pagi, ini
waktunya neraka”, dan itu merupakan awala dari permainan kematian berdarah.
Dalam situasi ini, tragedi itu akan terjadi pada musim panas
tahun depan. Aku harus menghentikannya. Itulah kenapa, sejujurnya aku tidak
ingin bekerja sebagai anggota komite sama sekali, tapi kelihatannya aku tidak
bisa pergi.
“Ah, tepat waktu. Kurobe-san, jika kau bebas, dapatkah kita
berbicara tentang sesi membaca?”
Pada saat istirahat, Nojima-sensei menghampiriku ketika aku
sedang menyiapkan sebuah kejutan di dalam kelas kakakku. Kelas kakakku sedang
berada di ruangan sains sekarang, jadi aku berpikir kalau ini merupakan
kesempatan karena tidak ada siapapun di kelas.
“Aku minta maaf. Aku memiliki sesuatu untuk dilakukan...”
Ketika aku berkata begitu, Nojima-sensei membuat wajah tidak
menyenangkan. Dia menjadi terlalu blak-blakan, aku harap dia berhenti. Tapi aku
tidak punya waktu disini, aku akan suka untuk dikeluarkan dari kegiatan
tambahan osis.
Gangguan untuk memberikan kejutan kepada kakakku telah
meningkat sejak kegiatan osis mengambil terlalu banyak waktuku setelah pulang
sekolah.
Jadi, pada pagi hari, aku pergi ke sekolah dengan bantalan
di sepatuku yang berdecit setiap kali aku berjalan dan mengikat tali sepatuku
dengan dengan cara yang aneh. Aku juga tetap memberikan kejutan di sekolah
dengan memasukkan sebuah lanjutan dari cerida petualangan besar kedalam buku
catatan kakakku. Pada pandangan pertama itu terlihat seperti coretan mengerikan
pada buku catatan kakakku, tapi faktanya itu hanyalah film transparan yang
diletakkan di atas kertas untuk melindungi buku catatannya.
Dan hari ini aku menyiakan sebuah kejutan kartu lipat.
Ketika kakakku membukanya, dia akan melihat pohon dan gunung yang muncul di
dalam kisah yang dia baca di kelas. Itu terdengar simple, tapi itu pastinya
akan mengejutkan untuk melihat pemandangan yang sama dengan kisah yang dia baca
menyembul keluar.
Walaupun, Nojima-sensei mengambil kartu menakjubkanku dan
berkata, “apa ini?!”
(TN: Ini guru magang ngeselin anj***)
“Apakah Kurobe-san membuat ini?”
“...Ya.”
“Ini luar biasa. Jika kau sebaik ini, aku yakin kau bisa
melakukan sesuatu yang luar biasa dalam sesi membaca!”
Aku tidak berkeinginan untuk menunjukkan kualitas seperti
ini di sesi membaca. Terdapat perbedaan antara kelangsungan hidup tiga puluh
delapan orang yang akan menjadi teman kakakku di masa depan dan semangat yang
ditunjukkan pada kegiatan sekolah.
“Tapi kenapa Kurobe-san disini? Ini adalah ruang kelas tiga,
ya kan? “
“...Aku ingin mengejutkan kakakku...”
“Oh yaamun, kau sudah berada di bangku SMA, kau seharusnya tidak
melakukan sesuatu yang kekanak-kanakan. Ah, sekarang, bisa kau serahkan padaku
kartu itu?”
“Ya?”
Apa yang dia maksud ‘sekarang’? itu sangat tidak masuk akal.
Tapi Nojima-sensei tetap mendesakku ketika mendekat.
“Bagaimanapun juga, kau selalu bisa memberikannya pada
kakakmu lain waktu, yakan? Aku ingin menggunakan ini sebagai referensi untuk
sesi membaca! Aku yakin semua orang di taman kanak-kanak akan senang.”
“Tapi...”
“Akankah kamu?”
Nojima-sensei tetap terus memohon kepadaku. Meskipun dia
merupakan seorang wanita yang sudah kuliah, dia bertingkah seperti murid taman
kanak-kanak. Walaupun, kelihatannya tidak ada tanda-tanda kalau dia akan
mengembalikan kartuku kembali dan tekanannya sangat kuat. Ketika aku mengangguk
dengan enggan, Nojima-sensei berkata,
“Oh, aku merasa seperti pencuri. Aku tidak ingin Kurobe-san
terlihat sedih!”
(TN: Tapi lu masih maksa)
Aku sangat jijik dengan suara yang sensei buat. Bagaimana
Kurobe Mai di manga berinteraksi dengan Nojima-sensei? Tidak, Kurobe Mai tidak
akan bertemu Nojima sensei disini karena dia tidak akan memberikan kartu
kejutan kedalam kelas kakaknya sedari awal. Dia adalah gadis keren, jadi dia
sepertinya akan pergi tanpa mengatakan apapun.
“Uh... Sekarang, ini.”
Ketika aku menyerah, sensei berseru, “Yeay!”. Aku merasa
sangat lemaah ketika aku meninggalkan ruang kelas kakakku seketika.
* * *
“Mai-chan? Apa yang terjadi? Apakah kejutannya gagal...?”
Aku kembali ke kelasku dan duduk di bangku Yukari-chan di
barisan depan dengan sebuah bang, yang mana membuat Yukari-chan menggetarkan
tubuhnya dalam keterkejutan. Aku mengeluarkan jeritan dan seketika dia berhenti
bergetar.
“Kartunya telah diambil oleh Nojima-sensei.”
“Apakah itu sesuatu yang tidak seharusnya dibawa ke
sekolah?”
“Tidak. Dia berkata kalau dia ingin menggunakannya sebagai
referensi untuk sesi membaca... Aku tidak merasa seperti aku bisa menghadapi
guru itu sama sekali...”
“Aku juga mengatakan hal itu pagi ini...”
Yukari-chan selalu sedikit lambat, tapi itu tidak
menyebabkan frustasi. Mungkin itu karena dia tidak arogan. Dia hanya terlalu
baik untuk menyadari kalau dia lambat dalam melakukan sesuatu.
Tapi bahkan Yukari-chan kelihatannya juga muak dengan
perilaku Nojima-sensei.
Jika kau menghabiskan waktu seharian bersama Nojima-sensei
di dalam ruangan, bahkan orang yang baikpun bisa menjadi Kurob Makoto.
“Aku juga membenci dia. Aku pikir aku adalah satu-satunya
orang yang tidak menyukainya.”
Sebuah suara datang dari atas. Iwai, pemilik dari suara itu,
berdiri teat dibelakangku. Ketika aku mengangkat wajahku untuk melihatnya,
kepalaku membentur dagunya dan dia berteriak, “Ow, oi!”
“Aku minta maaf Iwai... apakah aku memberntur gigimu?”
“Kau seharusnya menghawatirkan tentangku, bukan hanya
gigiku... Ouch...”
Itu kelihatannya sangat menyakitkan karena Iwai masih tetap
memegangi dagunya. Kami bertiga terbiasa memasuki sekolah dasar bersama dan di
kelas yang sama hingga tahun lalu. Tapi, saat kelas dua, Iwai terbisah ke kelas
di sebelahku dan Yukari-chan. Itulah kenapa tidak mengejutkan jika dia berada
di kelasku sekarang. Ketika kami menunggunya untuk berbicara, Iwai menatapku
dan berdiri di sampingku.
“Guru magang itu, kau tahu... kelihatannya dia akan berada
di sekolah ini hingga dua bulan.”
“Benarkah?!”
Yukari-chan gemetaran lagi dengan suara kenangku. Ketika aku
merasa bersalah, aku mengelus punggungnya dan menanyai Iwai.
“A-Apakah giru magang tahun kemarin juga menetap selama 2
bulan...?”
“Ya, tapi karena gurunya masihlah murid kuliahan, jadi ada
waktu dimana mereka absen. Tapi dapat disimpulkan, dia hanya menetap selama 2
bulan.”
“Memikirkannya kembali, sekitar 3 bulan untuk guru magang
yang datang ke kelas kakakku. Tampaknya jika kau mempunyai cukup credit,
terdapat hari-hari dimana kau tidak perlu pergi kuliah... Kakakku menyukai orang
seperti itu, jadi aku pikir itu mungkin benar...”
Yukari-chan memiliki kakak laki-laki yang merupakan murid
SMA. Dia ingin menjadi anggota dari band musik, jadi dia tidak ingin mengambil
alih kuil. Dia selalu memakai kaos aneh bertuliskan “Yes life!”. Dia cukup
terkenal di jalan yang mana selalu bertengkar dengan ayahnya.
Dan sejak sejak dia lulus dari SMP ini, informasi ini
pastinya benar.
Meskipun begitu, akankah Nojima-sensei akan berada di
sekolah ini selama 2 bulan? Dia tidak muncul di adegan kilas balik manga, tapi kupikir
dia merupakan target yang bagus utuk kakakku bunuh. Seperti rencana untuk
membunuh guru itu karena stres sebelum melihat kucing mati.
Bel berdering ketika aku berpikir dalam-dalam. Meskipun aku
khawatir, aku meninggalkan meja Yukari-chan dan kembali ke kursiku.
* * *
Pada sore hari. Aku kembali kerumah dengan kakakku seperti
biasa tanpa adanya kegiatan osis. Sesaat setelah aku mencuci tanganku, aku
langsung pergi ke kulkas. Panas diluar masih tetap 30O C, jadidengan
perjalan diantara rumah dan sekolah, aku bisa saja mengering dan mati.
Kakakku mengangguk ketika aku bertanya padanya apakah dia
ingin meminum teh barley. Aku mengambil dua buah gelas dari rak sambil
memikirkan tentang apakah aku dapat mengejutkannya jika aku memberinya kecap
yang dilarutkan kedalam air. Tapi kupikir itu akan mempengaruhi kebiasaan
makannya di masa depan, jadi aku menghentikan diriku sendiri.
“Oh, kalian berdua pulang cepat hari ini.”
Ibuku datang keruang tamu setelah aku menuangkan teh barley
untuk dua orang. Dia memilikigelas kosong di tangannya. Dia menghampiriku dan
tersenyum sambil berkata “terima kasih” ketika aku menuangkan teh barley.
“Ngomong-ngomong, aku memiliki sesuatu yang ingin kutanyakan,
ibu.”
Kakakku menanyai ibuku. Apa yang akan kakakku tanya? Jika dia
menanyakan gergaji, aku akan mencegahnya sebisa mungkin.
“Apa itu? Sesuatu yang tak kau mengerti dalam pelajaranmu?”
“Sebenarnya... aku ingin meminjam sebuah kamera. Salah satu
yang bisa disambungkan ke komputer.”
“Kamera? Kenapa? Bukankah ponsel cukup?”
“Aku ingin melihat wajah setiap teman kelasku yang bermain
di dalam kelas. Juga, terlihat kalau itu akan menghabiskan waktu untuk pekerjaan
osis, dan aku tidak bisa tinggal karena pembunuhnya belum di tangkap sekarang.
Dengan itu, kami bisa menunda pertemuannya.”
“Baiklah... Tapi apakah kau tahu bagaimana cara
menggunakannya?”
“Aku mempelajarinya di sekolah, itu baik-baik saja. Itu
dapat di cas, bukan begitu?”
“YA.”
Ibuku dan kakakku meninggalkan ruang tamu. Jangan katakan
kalau, dia akan memnggunakan kamera pemberian ibuku untuk game maut minggu
depan...? Aku berpikir begitu, tapi SMA yang dia akan masuki, tempat terjadinya
game maut, merupakan sekolah elit yang bahkan kacanya terbuat dari temper glass
yang tak terpecahkan, dan semua kunci pintunya dioperasikan secara online
daripada menggunakan kunci. Tidak akan ada terlalu banyak hal yang bisa
dilakukan hanya dengan sebuah kamera. Aku pikir itu berbeda dari ingatanku
tentang peralatan yang akan dibeli dua minggu sebelum game maut diadakan.
Walaupun, ketika aku berpikir tentang itu lagi,
ditengah-tengah game maut, Kurobe-kun memiliki kemampuan seperti menangkal
gelombang sinyal radio agar tidak akan ada yang dapat menggunakan ponselnya dan
meretas kunci keamanan sekolah.
Ketika aku membaca manga, aku pikir itu adalah karena dia
merupakan last boss. Tapi sekarang setelah aku memikirkannya, mungkin saja dia
terinspirasi dari ibuku. Ibuku merupakan insinyur yang bekerja untuk perusahaan
pengamanan internet. Ayah adalah direktur eksekutif perusahaan makananan. Tapi
hobinya adalah membuat kerajinan dan dia memiliki tangan yang cekatan. Jebakan
sangat mematikan yang diperlihatkan di manga dapat dipastikan diwariskan dari
ayah.
Ketika itu datang dari itu, lebih baik untuk tidak
memberikan terlalu banyak teknologi, bukan begitu...? Tidak, kakakku adalah
pelajar yang cepat bagaimanapun juga. Kita tidak bisa selalu bersama setiap
waktu, dan aku pikir akan lebih baik untuk memberikan lebih banyak usaha
kedalam kejutan yang kusiapkan.
Aku menyelesaikan minumanku dan menaiki tangga untuk
melakukan yang terbaik.
* * *
Sekitar 50% dari hidupku adalah untuk memberikan kejutan
kepada kakakku. Meskipun aku pura-pura menyelam kedalam kolam secara spontan,
sebenarnya aku telah berlatih setiap malam di kasur kecuali pada hari pertama
aku melompat. Untuk domino, aku harus berlatih membariskan dominonya, tidak
terkecuali menggali lubang, dan membangun piramida dengan menggunakan kartu
untuk memenuhi ruangan membutuhkan banyak sekali persiapan.
(TN: Seenggaknya dia bukan 100% MC shoujo yang pikirannya
cuman bunga dan modal kebaikan hati)
Walaupun, aku menunjukkannya kepada kakakku hanya dalam
waktu singkat. Itu hanya sekejap mata, tapi aku menghabiskan banyak sekali
waktu untuk itu. saat ini, aku membuat hewan raksasa menggunakan kardus, tapi
meskipun aku telah mengerjakannya sejak makan malam, aku tetap belum
menyelesaikannya.
Ketika aku melihat jam, hari telah berganti. Orang tuaku
akan marah jika aku tetap menyalakan lampu di kamarku selarut ini, jadi aku
buru-buru mematikan lampu kamarku.
Aku menghidupkan lampu senter, berhati-hati untuk tidak
memperlihatkan cahaya terlihat melalui celah-celah pintu. Kepala jerapah yang
kubuat sebelumnya muncul dalam cahaya redup. Aku belum membuat tubuhnya saat
ini, jadi itu terlihat seperti dinosaurus di crita fantasi. Saat aku dengan
diam mengelemnya, aku mendengar suara samar dari kamar kakakku yang berada di
sebelah.
Aku menahan napasku untuk alasan yang tidak jelas, saat aku
merasa kalau sesuatu telah lewat di depan kamarku.
Setelah beberapa saat, suara dari pintu yang dikunci dengan
suara klik terdengar dari lantai pertama. Melihat kebawah jendela, kakakku baru
saja pergi keluar rumah dan entah menuju kemana.
Entah kenapa, aku memiliki perasaan tidak enak.
Dia tidak akan ditusuk oleh pembunuh acak, ya kan? Itu tidak
dituliskan di manga. Tapi itu berbahaya untuk pergi keluar karena terdapat
pembunuh disekitar. Dan meski jika itu hanya merupakan suatu kemungkinan, aku
tetap khawatir jika kakakku pergi untuk membunuh binatang kecil.
Jantungku berdetak kencang secara tidak menyenangkan. Aku
seharusnya bernapas dengan benar, tapi aku merasa tidak nyaman ketika
menghembuskan napas yang hangat.
Aku mulai gugup di depan gerbang di depan pintu, dan setelah
beberapa saat kakakku kembali dengan sebuah kantong plastik. Aku merasa lega,
tapi sekarang aku khawatir dengan apa yang kakakku mungkin bunuh.
Aku menjauh dari jendela dan mencoba untuk tetap tenang. Meskipun
begitu, pintunya terbuka dengan bunyi tidak menyenangkan.
“Kau masih bangun, Mai.”
Kakakku, yang membuka pintu, memasuki kamarku dengan kantong
plastik di tangannya. Wajahnya, yang mana tersinari cahaya senter, tampak tenang
dan tak bersalah, tapi itu malah terasa semakin mengerikan.
“Aku memiliki sesuatu yang bagus.”
Aku tidak ingin tahu isi dari kantong plastik yang membuat
suara kecil. Tapi kakakku tersenyum dan memasukkan tangannya kedalam kantong. Dia
mengeluarkan sesuatu dan menyodorkannya ke arahku.
Aku merasakan sesuatu yang dingin di pipiku. Itu basah
dengan tetesan air. Untungnya, itu tidak berbau seperti besi, itu juga lebih
anorganik dan keras dari pada daging.
“Es?”
Jika itu adalah dry ice, pipiku mungkin akan mati rasa sekarang.
Tapi itu memiliki tekstur lembut yang aneh untuk kantong plastik, dan ini
mungkin saja adalah stik es krim yang selalu kumakan.
“Aku tidak bisa tidur, jadi aku membelinya. Ayo makan
bersama.”
Kakakku juga mengambil bagian miliknya dari kantong plastik.
Dia dengan hati-hati membuka bungkusnya dan menjilatnya.
“ini adalah rahasia dari ayah dan ibu.”
“Ah, terma kasih... tapi apakah itu baik-baik saja?”
“Apa?”
Bukankah ada sesuatu seperti pembunuh acak?”
“Ahaha, Mai selalu menghawatirkan tentang itu huh. Jangan khawatir,
sidik jarinya telah ditemukan dimana-mana, aku melihatnya di berita,
tersangkanya akan tertangkap cepat atau lambat.”
Untuk saat ini, kakakku dapat di pastikan akan membunuh
teman sekelasnya. Di sisi lain, dia akan mati karena pisau dapur. Aku menggigit
es krimnya sambil merasa muram ketika memikirkan tentang hal itu.
“ini lezat...”
“Ya. Bagaimanapun juga aku membeli salah satu yang paling
bagus.”
Kakakku seringkali mendapatkan tambahan uang jajan dari
kerabat karena nilainya yang baik, jadi dia mengantongi uang yang lebih banyak
dari diriku. Dan juga, karena dia hanya tertarik dengan membunuh sesuatu, dia
tidak pernah menggunakan uang sakunya untuk membeli game ataupun mainan seperti
yang bocah sepuluh tahun lakukan. Singkatnya, dia kaya.
Dan di masa depan, dengan uang yang dia simpan, kakakku akan
membeli crossbow, modifikasi pistol angin, pisau dapur yang telah disiapkan,
lalu mengadakan permainan maut.
Aku memakan es krimku dengan kakakku di dalam gelap, entah
kenapa merasa bermasalah.
<<>><<>><<>>-:<<>>:-<<>><<>><<>>
Apakah kalian tertarik, kalau tertarik.
Silahkan upvote agar saya tetap semangat buat update chapter baru.
Jika ingin donasi ke saya pribadi bisa dengan trakteer.id/alfa1278
Terimakasih udah baca.
~Alfa~
<<>><<>><<>>-:<<>>:-<<>><<>><<>>
1 Komentar
nah balik ke komen bawaan aja dlu
BalasHapusStay with Liscia Novel #Romcom