Ketika berhadapan denganku di jalan pada malam hari,
Tachibana mempunyai senyum masam di wajahnya.
Mungkin, meskipun aku juga memiliki ekspresi semacam itu.
“Yah... Kalau kau pikir-pikir tentang itu, kita juga bertemu
di Kaiten-Zushi. Kemungkinan kalau itu dekat dengan rumahmu.”
“Benar, memang begitu. Restoran tsukemen tidak bekerja
dengan baik kecuali mereka di tempat yang dekat.”
Terdapat jeda singkat.
Dan sekarang, pada saat yang bersamaan, kami meledakkan
tertawaan.
Tachibana, yang biasanya tenang dan terkendali,
memegangi perutnya dan tertawa.
Kelihatannya dia tinggal di dekat sini.
Yah... melihat semua kebetulan yang telah terjadi hingga
sekarang, tampaknya sudah jelas.
“Sekarang aku mengerti. Ayo pulang bersama sampai jalan kita berpisah. Atau ini akan menjadi aneh.”
“Itu akan terjadi, akan menjadi aneh jika salah satu
dari kita mengambil jalan memutar tanpa alasan yang jelas.”
Aku mengangguk ketika aku sedikit tercengang, lalu Tachibana
dan diriku mulai berjalan lagi.
Kami berjalan bersebelahan, dengan langkah yang tidak
tergesa-gesa.
Apapun yang terjadi di masa depan, aku rasa aku dapat
bersama dengan Tachibana hari ini.
Tiba-tiba, angin malam yang lembut berhembus.
Rambut Tachibana bergerak tertiup angin.
Pemandangan yang indah. Selayaknya seperti adegan yang datang dari
adegan dalam film.
“...Kusuba-san.”
“Eh?”
Aku kembali dari pikiranku karena pangilan tiba-tiba Tachibana.
Reaksiku yang aneh menyebabkan dirinya sedikit memiringkan kepalanya,
“Kenapa kamu tidak punya teman?”
“Yah... kenapa kamu bertanya?”
Apakah itu auraku?
Apakah auraku terlihat?
“Kamu pernah berkata kalau kau tidak punya seseorang untuk
diajak makan siang denganmu, bukan begitu?”
“Oh, sekarang setelah kupikir-pikir, aku pernah mengatakan
sesuatu semacam itu.”
Bagus... itu bukan auraku...
Aku sangat bersyukur sampai-sampai aku ingin memegangi
dadaku untuk menenangkan hatiku.
“Ini tidak seperti aku tidak bisa membuat teman, daripada
itu, aku tidak mau melakukannya.”
“Ya, aku menanyaimu kenapa kau tidak melakukannya.”
“Huh... oh, ya...”
Aku menyesal mengatakan itu.
Aku mencoba untuk membenarkan diriku, tanpa alasan yang
jelas.
“Aku lebih suka berteman dengan satu orang daripada banyak
orang.”
“Kenapa begitu?”
“Itu lebih mudah untuk hanya berteman dengan satu teman yanv baik. Bersosialisasi itu melelahkan. Dan jika kamu sendiri, kamu tidak perlu
bergaul atau berselisih dengan seseorang.”
“Apakah kamu pernah berdebat sebelumnya.”
“Aku tidak pernah. Aku tidak pernah punya seseorang untuk
melakukannya...”
“Sekarang, kamu tidak pernah tau apa yang akan benar-benar
terjadi, bukan begitu?”
Sampai sekolah menengah, aku punya beberapa orang yang dapat
kupanggil teman.
Tapi saat kami berbincang dan bermain bersama, mereka semua mulai pergi menjauh dariku.
Dan penyebab untuk itu?
“Sifatku tidak cocok untuk bersosialiasi. Aku punya
kepribadian yang buruk.”
“Kepribadian yang buruk...”
“Untuk membuatnya singkat-“
“Aku tidak berpikir begitu..”
“...Eh?”
“...”
Tachibana terdiam. Dia memiliki ekspresi yang berbeda,
jarinya berada di tepi dari wajah cantiknya.
Aku juga tidak mengatakan sesuatu lagi.
Yah... aku sudah sampai rumah.
Jadi. Aku berhenti di depan apartemenku.
Ayo katakan selamat tinggal lagi dan pergi.
Tapi, untuk suatu alasan, Tachibana menatapku dengan
ekspresi sulit.
“Apa...?”
“...terdapat bangunan lagi dari apartemen ini di belakang,
ya kan?”
“Hmm...? Ya, bangunan B. Itu benar.”
Maksudku, aku sulit menyadari ini sebelumnya.
Dan aku belum pernah berinteraksi dengan tetangga di sekitar sini.
Tunggu... Kenapa Tachibana mengetahui itu...
“...Itu adalah rumahku.”
Saat di mengatakan itu, dia mengeluarkan tawa masam.
<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>
Kalau ada kesalahan
translate silahkan bilang di komen.
Terimakasih udah
baca.
~Alfa~
<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>
0 Komentar
Stay with Liscia Novel #Romcom