[Makna yang berbeda untukku]
Akhirnya kami sampai di stasiun. Aku membersihkan salju dari
kepala dan baju Anya, dan menaiki kereta bersamanya. Kereta aka membawa kami menuju
stasiun berikutnya, tiga pemberhentian didepan. Meski kupikir itu hanya sepuluh
menit berlalu, kaki Anya bergoyang-goyang di kursi, terlihat jika dia sedang
bosan karena hanya duduk di kereta tanpa melakukan apapun.
“Mereka akan menyerahkan hasil ujian sains hari ini! Ini
adalah saat dimana aku akan menang melawanmu!”
“Mereka berkata kalau mereka menaikkan tingkat kesulitan
ujian di *sekolah intensif. Apa kamu yakin tentang ini?”
(TN: *Sekolah intensif : 'Cram school' kalo di translate jadi 'Bimbingan belajar' tapi bingung ini beneran bimbel atau bukan, kalau udh pasti nanti diganti)
“Tentu saja. Aku jenius bagaimanapun juga.”
“Benar.”
“Beberapa orang memanggilku anak ajaib, kamu tahu!”
“Benar.”
“Itu berarti aku tuhan!”
“Tidak, kamu bukan tuhan.”
Dia sangat percaya diri saat menyatakan kalau dia adalah
tuhan.
Tapi dia memang seorang jenius. Terlihat kalau dia
selalu bangga akan dirinya yang selalu di tempat pertama dalam ujian sekolah,
dan karena pelajaran sekolahnya tidak cukup untuk kecerdasannya, dia telah
dipindahkan ke sekolah intensif dengan tingkat kesulitan tertinggi di daerah
ini. Dia adalah salah satu siswa terbaik di seluruh sekolah, dan lebih
spesifiknya, dia adalah siswa terbaik dalam ujian nasional tingkat sekolah dasar.
Seorang anak ajaib tentu saja, seorang murid terhormat
diantara murid terhormat, itu adalah Anya.
“Tapi aku pikir aku lebih pintar dari pada orang dewasa.”
“........”
Oleh karena itu, tak dapat dipungkiri kalau hidungnya
menjadi sedikit lebih besar dibandingkan dengan yang lainnya. Itu sulit untuk
memberitahu seorang anak kecil yang lebih baik dibandingkan dengan orang lain untuk tidak membanggakan keunggulan mereka. Itu bahkan sulit untuk orang dewasa yang
berpikir begitu.
Itu alami untuk seseorang membanggakan bakat mereka.
“Tapi Anya, kamu tahu peribahasa, “Anak ajaib di umur
sepuluh, anak berbakat di umur lima belas, dan orang biasa di umur dua puluh?”
“Aku pernah mendengarnya sebelumnya.”
“Itu adalah Anya untukmu.”
“Tapi aku tidak benar-benar memahaminya.”
“........”
Anya berbicara, menaikkan bulu matanya.
“Kenapa seperti itu ketika kamu berumur 20 tahun, orang
dalam peribahasa menjadi orang normal? Dia genius, bukan begitu? Apakah orang
dalam peribahasa disihir menjadi seorang idiot pada usia 20 tahun?”
“...Kalau itu.”
Pasti terlalu sulit untuk anak normal berusia sepuluh tahun
untuk memahami peribahasa itu. Tidak mungkin baginya untuk dapat mengerti.
Itu adalah peribahasa yang cukup sulit untuk dimengerti tanpa memperlihatkan
bagian-perbagian dari masyarakat luas.
“Itu karena... keuntungan sebagai anak-anak tidak berarti
apa-apa di dunia yang sebenarnya.”
“Hmm...”
Anya merespon kata-kataku dengan memiringkan kepalannya.
Hanya sekitar beberapa saat, kereta sampai ke stasiun tujuan
kami. Saat kami keluar dari kereta, angin dingin menyentuh kami.
Kami berjalan melalui kota yang sudah maju. Bangunan
komersial menjunjung tinggi, memenuhi langit. Salju telah dipijaki oleh banyak
orang, membuat jalannya lebih tipis dibandingkan di dekat rumah kami. Salju
turun dalam diam di tengah-tengah suara mobil dan sibuknya kota. Tidak peduli
sebanyak apapun salju turun, orang-orang tidak menghentikan aktifitas mereka dan berjalan dengan cepat, terlihat sibuk.
“...Achee”
Anya bersin dan menggigil. Ingus menetes dengan perlahan
dari hidung mungilnya. Tidak perlu dikatakan lagi, ini sangat dingin diluar
ketika cuaca bersalju.
“...Apakah kamu mau berteduh di bawah payung?”
Aku mengambil tisu dari dalam saku milikku dan pada saat yang sama
sedikit memiringkan payung kearahnya.
“Aku tidak peduli. Mari masuk saja ke dalam sekolah yang
hangat!”
Anya berkata sambil membuang ingus dengan tisu, lalu mulai
berlari ke arah tempat tujuan kami. Dia mungkin ada benarnya. Itu akan lebih efisien
untuk bergegas pergi ke tempat tujuan kami dan menghangatkan diri di sana,
daripada berjalan perlahan dalam dingin di bawah payung.
Arah tujuan kami adalah sekolah intensif. Kami adalah murid
sekolah intensif yang memberikan pengajaran yang lebih sulit daripada sekolah
pada umumnya. Tentu saja, di dalam sekolah telah di panaskan, jadi ruangan
hangat telah menunggu kami. Aku ingin berjalan perlahan, tapi aku tidak punya
pilihan lain selain mengikuti punggungnya dan mulai berlari untuk menyusulnya.
Aku berlari di atas salju, berhati-hati agar tidak terjatuh.
“Anak ajaib di umur
sepuluh, anak berbakat di umur lima belas, dan orang biasa di umur dua puluh.”
Terdapat orang yang mengatakan sesuatu semacam itu.
Itu adalah peribahasa yang mengingatkan kita kalau meskipun
kita lebih baik daripada yang lain saat masih belia, jika kamu terlalu
membanggakan diri, kamu tidak akan pernah dapat menggunakan kemampuanmu dengan
bijak ketika kamu tumbuh.
Aku bertanya-tanya jika itu juga dapat bermakna kalau ketika
kamu tumbuh dewasa dan mempelajari tentang dunia yang lebih luas, kamu akan
sadar kalau kamu tidak cukup baik dibandingkan dirimu di masa lalu.
Bagaimanapun juga, itu bermaksud mengatakan kalau 'meskipun
kamu di puji dan di akui pada usia dini, kamu seharusnya tidak puas hanya
dengan itu. Tapi malahan kamu seharusnya melanjutkan untuk mencoba dan berupaya
untuk mengubah dirimu menjadi lebih baik lagi'.
......Walaupun begitu,
Peribahasa ini memiliki makna yang berbeda untukku.
<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>
Chapter dibagi menjadi beberapa part, biar lebih cepet upload.
Terimakasih udah baca.
Kalau ada kesalahan translate silahkan bilang di komen.
~Alfa~
<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>
0 Komentar
Stay with Liscia Novel #Romcom