About the Reckless Girl Vol.1 chapter 0-2

 

"Prolog (2)"

Penerjemah : Alfa
Diedit : Alfa

[Makna yang berbeda untukku]

Akhirnya kami sampai di stasiun. Aku membersihkan salju dari kepala dan baju Anya, dan menaiki kereta bersamanya. Kereta aka membawa kami menuju stasiun berikutnya, tiga pemberhentian didepan. Meski kupikir itu hanya sepuluh menit berlalu, kaki Anya bergoyang-goyang di kursi, terlihat jika dia sedang bosan karena hanya duduk di kereta tanpa melakukan apapun.

“Mereka akan menyerahkan hasil ujian sains hari ini! Ini adalah saat dimana aku akan menang melawanmu!”

“Mereka berkata kalau mereka menaikkan tingkat kesulitan ujian di *sekolah intensif. Apa kamu yakin tentang ini?”

(TN: *Sekolah intensif : 'Cram school' kalo di translate jadi 'Bimbingan belajar' tapi bingung ini beneran bimbel atau bukan, kalau udh pasti nanti diganti)

“Tentu saja. Aku jenius bagaimanapun juga.”

“Benar.”

“Beberapa orang memanggilku anak ajaib, kamu tahu!”

“Benar.”

“Itu berarti aku tuhan!”

“Tidak, kamu bukan tuhan.”

Dia sangat percaya diri saat menyatakan kalau dia adalah tuhan.

Tapi dia memang seorang jenius. Terlihat kalau dia selalu bangga akan dirinya yang selalu di tempat pertama dalam ujian sekolah, dan karena pelajaran sekolahnya tidak cukup untuk kecerdasannya, dia telah dipindahkan ke sekolah intensif dengan tingkat kesulitan tertinggi di daerah ini. Dia adalah salah satu siswa terbaik di seluruh sekolah, dan lebih spesifiknya, dia adalah siswa terbaik dalam ujian nasional tingkat sekolah dasar.

Seorang anak ajaib tentu saja, seorang murid terhormat diantara murid terhormat, itu adalah Anya.

“Tapi aku pikir aku lebih pintar dari pada orang dewasa.”

“........”

Oleh karena itu, tak dapat dipungkiri kalau hidungnya menjadi sedikit lebih besar dibandingkan dengan yang lainnya. Itu sulit untuk memberitahu seorang anak kecil yang lebih baik dibandingkan dengan orang lain untuk tidak membanggakan keunggulan mereka. Itu bahkan sulit untuk orang dewasa yang berpikir begitu.

Itu alami untuk seseorang membanggakan bakat mereka.

“Tapi Anya, kamu tahu peribahasa, “Anak ajaib di umur sepuluh, anak berbakat di umur lima belas, dan orang biasa di umur dua puluh?”

“Aku pernah mendengarnya sebelumnya.”

“Itu adalah Anya untukmu.”

“Tapi aku tidak benar-benar memahaminya.”

“........”

Anya berbicara, menaikkan bulu matanya.

“Kenapa seperti itu ketika kamu berumur 20 tahun, orang dalam peribahasa menjadi orang normal? Dia genius, bukan begitu? Apakah orang dalam peribahasa disihir menjadi seorang idiot pada usia 20 tahun?”

“...Kalau itu.”

Pasti terlalu sulit untuk anak normal berusia sepuluh tahun untuk memahami peribahasa itu. Tidak mungkin baginya untuk dapat mengerti. Itu adalah peribahasa yang cukup sulit untuk dimengerti tanpa memperlihatkan bagian-perbagian dari masyarakat luas.

“Itu karena... keuntungan sebagai anak-anak tidak berarti apa-apa di dunia yang sebenarnya.”

“Hmm...”

Anya merespon kata-kataku dengan memiringkan kepalannya.

Hanya sekitar beberapa saat, kereta sampai ke stasiun tujuan kami. Saat kami keluar dari kereta, angin dingin menyentuh kami.

Kami berjalan melalui kota yang sudah maju. Bangunan komersial menjunjung tinggi, memenuhi langit. Salju telah dipijaki oleh banyak orang, membuat jalannya lebih tipis dibandingkan di dekat rumah kami. Salju turun dalam diam di tengah-tengah suara mobil dan sibuknya kota. Tidak peduli sebanyak apapun salju turun, orang-orang tidak menghentikan aktifitas mereka dan berjalan dengan cepat, terlihat sibuk.

“...Achee”

Anya bersin dan menggigil. Ingus menetes dengan perlahan dari hidung mungilnya. Tidak perlu dikatakan lagi, ini sangat dingin diluar ketika cuaca bersalju.

“...Apakah kamu mau berteduh di bawah payung?”

Aku mengambil tisu dari dalam saku milikku dan pada saat yang sama sedikit memiringkan payung kearahnya.

“Aku tidak peduli. Mari masuk saja ke dalam sekolah yang hangat!”

Anya berkata sambil membuang ingus dengan tisu, lalu mulai berlari ke arah tempat tujuan kami. Dia mungkin ada benarnya. Itu akan lebih efisien untuk bergegas pergi ke tempat tujuan kami dan menghangatkan diri di sana, daripada berjalan perlahan dalam dingin di bawah payung.

Arah tujuan kami adalah sekolah intensif. Kami adalah murid sekolah intensif yang memberikan pengajaran yang lebih sulit daripada sekolah pada umumnya. Tentu saja, di dalam sekolah telah di panaskan, jadi ruangan hangat telah menunggu kami. Aku ingin berjalan perlahan, tapi aku tidak punya pilihan lain selain mengikuti punggungnya dan mulai berlari untuk menyusulnya. Aku berlari di atas salju, berhati-hati agar tidak terjatuh.

“Anak ajaib di umur sepuluh, anak berbakat di umur lima belas, dan orang biasa di umur dua puluh.”

Terdapat orang yang mengatakan sesuatu semacam itu.

Itu adalah peribahasa yang mengingatkan kita kalau meskipun kita lebih baik daripada yang lain saat masih belia, jika kamu terlalu membanggakan diri, kamu tidak akan pernah dapat menggunakan kemampuanmu dengan bijak ketika kamu tumbuh.

Aku bertanya-tanya jika itu juga dapat bermakna kalau ketika kamu tumbuh dewasa dan mempelajari tentang dunia yang lebih luas, kamu akan sadar kalau kamu tidak cukup baik dibandingkan dirimu di masa lalu.

Bagaimanapun juga, itu bermaksud mengatakan kalau 'meskipun kamu di puji dan di akui pada usia dini, kamu seharusnya tidak puas hanya dengan itu. Tapi malahan kamu seharusnya melanjutkan untuk mencoba dan berupaya untuk mengubah dirimu menjadi lebih baik lagi'.

......Walaupun begitu,

Peribahasa ini memiliki makna yang berbeda untukku.


<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>

Chapter dibagi menjadi beberapa part, biar lebih cepet upload.


Terimakasih udah baca.

Kalau ada kesalahan translate silahkan bilang di komen.

 

~Alfa~

<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>

Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya

Posting Komentar

0 Komentar