“Kusuba-kun”
Saat ini adalah saat pergantian kelas pada tahun kedua sekolah
menengah.
“Semua orang dari kelas akan pergi untuk perkumpulan sosial,
bagaimana denganmu?”
Dia adalah orang yang bersemangat, seperti normie.
Aku pikir orang ini akan berdiri diantara orang yang hidup
dan seseorang sepertiku, menempel dalam kelas bersama pada tahun depan.
Dia adalah tipe seorang yang tidak bisa ditolong tapi
disukai, dia hanya seperti itu.
Aku pikir itulah kenapa orang ini mencoba membuat tempat
dimana semua orang bisa mengenal satu sama lain dengan cepat.
Aku kira dia adalah orang baik, dan memang begitu.
“Tidak, jangan desak aku”
“…Kau punya rencana lain?”
Ini aneh untukku kalau menggunakan kata “rencana”.
Tidak ada “rencana”
Tapi aku punya “Alasan”
Bahwa, alasan aku menolak adalah jika kau punya “rencana”
atau “kontak terlebih dahulu”.
Itu adalah cara untuk berpikir kalau aku tidak berempati
padanya.
“Ngak, Aku tidak punya…”
“…Lalu, kenapa?”
“Aku tidak baik dalam perkumpulan sosial. Jangan khawatir,
pergi saja dengan apa yang ingin kau lakukan.”
Pergi bersama semua orang, lalu membuat kegaduhan disana sini.
Aku sudah tau kalau kehidupan semacam itu tidak berarti
untukku.
Jika ada kesempatan, beberapa orang akan secara alami
menyendiri dan hidup tenang di sekolah.
Aku lebih nyaman dengan cara itu, itu cocok dengan
kepribadianku.
Itulah kenapa aku tidak ingin pergi ke perkumpulan sosial.
“…Bukankah itu buruk untuk menghancurkan suasana kelas untuk alasan egois seperti itu.
Dia mengatakannya dengan tatapan dan suara yang penuh rasa
jijik dan ketidak senangan.
Aku tidak mengerti apa yang dia maksud.
Apakah menyendiri mengubah suasana kelas?
Disamping itu, kenapa seseorang yang tidak mau
berpartisipasi di dalamnya bisa mempengaruhi suasana kelas?
Kenapa orang tidak bisa menerima orang sepertiku juga.
“…Heh...Baik, lakukan apa yang kamu mau.”
Ketika dia mendengarku, wajahnya terdistorsi seperti dia
ingin muntah.
Pada akhirnya, aku menghabiskan waktu dengan kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang.
Aku tidak berteman dengan siapapun dari mereka, tapi kupikir
aku tidak layak.
Normie yang mengajakku bergabung tidak pernah berbicara
denganku lagi setelahnya.
Sekarang kalau kupikir lagi, dia mungkin benar.
Aku pasti idiot untuk mengatakan kenapa aku tidak mau pergi
secara jujur.
Pandanganku pasti asing bagi mereka.
Seperti serangga yang tidak akan pernah bisa paham dan
menerima.
Dan fakta kalau aku mampu menyadarinya mungkin satu-satunya hal baik yang terjadi dari pengalaman itu.
1 Komentar
Bagus juga sudut pandang MCnya
BalasHapusStay with Liscia Novel #Romcom