Serangan sihir dikerahkan ke arah parit. Pada waktu yang sama pasukan garis depan mulai bergerak.
Mengandalkan jumlah mereka, pasukan Haurelia membombardir menggunakan sihir sambil disaat yang bersamaan mereka menggunakan sihir pengerasan untuk mengeraskan kubangan agar pasukan infanteri dapat bergerak.
Pasukan Antrim merespon dengan melemparkan bahan peledak menggunakan catapult dan menembakan crossbow untuk melawan musuh.
Garda depan yang dipimpin oleh Flandre memiliki penyihir dengan jumlah dua kali lipat dari musuh. Mereka mensupport para infanteri dengan menembakan sihir serangan ke arah musuh dengan mengandalkan jumlah mereka. Dampak dari sihir serangan itu memunculkan ledakan dan menyebarkan debu dimana mana. Hal itu membuat pasukan antrim tidak dapat melihat medan dengan jelas.
“Ini jadi semakin buruk dibanding sebelumnya ya.”
Salil menyembunyikan kepalanya pada dinding dan terus menembakan panah dengan acak.
Akurasinya berkurang karena ia tidak dapat membidik, tapi disana terdapat orang-orang yang tetap meneruskan bertempur sambil mengabaikan panah yang datang ke arah mereka.
“Tidak apa-apa! Jika ini tuan mungkin....!”
Carlyle sangat mempercayai Baldr bahkan hampir mirip seperti memujanya. Salil berpikir betapa enaknya menjadi anak muda.
Saat ini tuan feudal itu sedang naik daun, tapi ia bukanlah dewa yang maha kuasa.
Karena ia bukanlah dewa, ia dapat mati jika ia ditusuk, dan juga akan ada pertempuran dimana ia akan kalah. Dia juga akan perlu mengorbankan sesuatu untuk meraih kemenangan.
Walau begitu Salil tidak sekejam itu untuk menghancurkan rasa percaya Carlyle yang polos.
Selain itu juga ia tidak punya waktu untuk hal tersebut.
“Aku berharap kalau tuan yang sangat kau percaya itu dapat melakukan sesuatu di pertempuran ini.”
Terdengar suara keras yang memekikkan telinga. Sepertinya itu bahan peledak yang mendarat di garis depan lalu meledak.
“Oi, oi mereka tidak akan membuat kesalahan dan menjatuhkan bomb diatas sekutu mereka kan?"
Dia akan langsung terbunuh jika ia terkena ledakan bomb itu dan ucapannya itu juga merupakan harapan pasukan yang ada di garis depan.
Salil mengangkat bahunya dan membetulkan posisi helmnya
*
Walau hanya sedikit demi sedikit, tapi para pasukan infanteri yang dipimpin Flandre telah berhasil melewati kubangan yang telah dikeraskan oleh para penyihir.
Didepan mereka terdapat kawat besi yang menghalangi mereka sekali lagi──walau dapat dilewati dengan bantuan sihir, tapi kawat itu tetap efektif untuk memperlambat mobilitas musuh.
Tugas para infanteri adalah pergi ke tengah medan tempur dimana musuh dan sekutu saling bertarung dan menembakkan panah dan kemudian menyingkirkan kawat besi yang menghalangi jadi mereka dapat menerobos parit Antrim.
Itu adalah misi yang kejam dimana kemungkinan mereka mati adalah 8 sampai 9 dari 10 orang.
Namun Flandre dengan bangganya ia menegakkan kepalanya dan tak menunjukkan sedikitpun ekspresi keraguan dan putus asa.
Semangat juang Flandre dapat dirasakan oleh bawahannya. Para pasukan garda depan lanjut maju ke medan perang.
“──Bajingan itu, apa yang ia sedang rencanakan?”
Flandre mengekspos dirinya sendiri di garis depan seperti berpikir untuk menantang musuh, coba bunuh aku kalau kau bisa, ia bingung dengan respon aneh dari Antrim.
Bahan peledak yang dilemparkan beberapa waktu yang lalu ditujukan untuk para penyihir di bagian belakang.
Saat ini jika mereka kehilangan dukungan para penyihir, jumlah korban akan naik secara drastis, tapi selalu para infanteri lah yang menentukan hasil pertempuran.
Dalam keadaan terburuk, jika pasukan Haurelia sudah siap untuk dimusnahkan, hanya untuk menyebrang kubangan dan menerobos masuk bukanlah hal yang mustahil.
Dan lagi, serangan Antrim melewati bagian atas mereka seolah-olah mereka diabaikan. Flandre tak mengerti alasannya sama sekali.
Dalam situasi ini, keadaan perlahan-lahan akan semakin buruk untuk pasukan Antrim.
Tidak mungkin musuh hanya akan mengandalkan tabung yang dapat menyemburkan api itu.
Mereka telah mengetahui kalau jarak senjata itu pendek, hal itu telah dibuktikan dengan dapat dihalanginya serangan itu menggunakan magic shield. Sekarang itu hanyalah sebuah senjata yang kemampuannya telah diketahui.
Tujuan Flandre adalah untuk mendapatkan senjata itu tanpa cedera dengan cara apapun.
Musuh menyerang menggunakan senjata itu malah merupakan hal yang ia harapkan.
Flandre percaya diri pada kualitas pasukannya pasti tidak akan kalah melawan musuh. Itu adalah fakta yang tak terbantahkan.
──Itulah tepatnya mengapa Baldr didesak oleh keadaan untuk mengubah situasi sebelum pertempuran habis-habisan diantara para pasukan terjadi.
*
“──Apa yang ingin dicoba lakukan oleh Baldr-dono?”
Mattis merasa cemas dengan tidakan Baldr yang tak dapat dimengerti beberapa saat yang lalu.
Secara akal sehat mereka harusnya fokus menyerang garda depan musuh yang mulai mendekat.
Dalam situasi ini, sepertinya tidak ada cara lain untuk bertahan selain menahan mereka sambil membunuh musuh sebanyak mungkin dan menunggu sampai mereka lelah.
Namun Mattis juga mengerti kalau peluang untuk menang menggunakan metode ini itu sangatlah rendah.
Pada dasarnya, jumlah pasukan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kekuatan pasukan. Pelatihan pasukan juga dapat menyeimbangkan perbedaan jumlah, tapi pada akhirnya hal itu hanya menambah sedikit dari perbedaan jumlah.
Tentu taktik juga adalah faktor yang dapat menyeimbangkan perbedaan kekuatan, tapi Mattis dapat membayangkan hal apapun yang dapat membalikkan perbedaan kekuatan antara lima puluh ribu pasukan melawan pasukan yang hanya berjumlah beberapa ribu saja.
Namun ia tidak memiliki pilihan lain selain mempercayai Baldr. Baldr sudah memiliki sepak terjang dalam memukul mundur pasukan Haurelia yang berjumlah lebih dari dua puluh ribu pasukan.
Perannya disini adalah untuk membuat strategi yang dibuat Baldr menjadi kenyataan.
Ketika orang yang tegas dan jujur seperti Mattis telah membuat kepurusan seperti itu, dia dapat dengan tenang memandang rendah pasukan besar Haurelia tanpa merasa cemas sedikitpun.
“──Aku tak sabar lagi. Aku membayangkan kapan terakhir aku merasa bersemangat seperti ini?”
*
Tak mungkin Baldr dapat merasakan kemewahan dari tanpa merasa lelah seperti Mattis yang mendapatkan kepercayaan diri dalam dirinya sendiri.
“Jangan seperti ini....”
Seluruh penyihir di Antrim sedang berdiri di depan lava yang gelembung didalam Kaldera.
Baldr sudah mempertaruhkan semuanya dalam rencana ini yang ia bahkan menyerah menggunakan bom uap air untuk menjalankan rencana ini.
Serangan sihir Haurelia menambah intensitasnya terus menerus karena Antrim tidak melakukan Magic Cancel apapun.
Bahan peledak yang dilontarkan hampir tidak memperlambat kecepatan pasukan Haurelia, dan hanya masalah waktu sampai mereka kehabisan bubuk mesiu.
Untungnya pasukan Haurelia yang telah mengalami serangan dari bahan peledak dan flamethrower tak menunjukan tanda-tanda penggunaan Magic Cancel.
Baldr secara insting merasa kalau ia akan kalah pada pertempuran jika ia tak dapat memberikan dampak besar pada pasukan Haurelia, dampak yang dapat melampaui flamethrower dan bom uap air diperang sebelumnya.
Tekanan seberat itu seperti membuat perut Baldr merasa keram.
Dia merasa cemas untuk mempertaruhkan segalanya pada rencana yang belum pernah dicoba. Dia juga merasa menyesal kepada prajurit setianya yang dengan berani bertempur diluar sana.
Hal itu terlalu berat untuk dipikul oleh Baldr yang pada dasarnya tetaplah anak muda.
Dia menahan godaan dari hanya tinggal mempercayakan segalanya kepada Sanai.
(T/N : Sekadar mengingatkan, Sanai itu jiwa kakek-kakek yang ada di tubuh Baldr.)
*
Setelah beberapa saat waktu berlalu sejak para pasukan Haurelia yang melanjutkan menembakkan panah dari garis depan menyadari kalau mereka merasa sesak nafas dan terengah-engah.
Tentu mereka yang ada di garis depan dimana situasi sangat tegang.
Jantung mereka berdetak layaknya gong di dalam dada mereka, paru-paru mereka pun memaksakan upaya untuk bernafas dalam mencari oksigen.
Itulah kenapa tak ada satupun dari mereka yang mempertanyakan kenapa mereka sulit bernafas.
Tak memerlukan bagi para penyihir waktu yang lama untuk mengeraskan area kubangan, karena mereka hanya tinggal membentuk jalan ditengah sekitar sepuluh meter untuk sampai di markas musuh. Dengan melewati jalan itu, hanya tinggal sedikit lagi untuk mencapai markas musuh.
(Hmph, jadi mereka begitu mempercayai tabung api itu? Dari itu hanyalah hal yang tak berguna jika kemampuannya sudah diketahui.)
Flandre tak dapat menahan perasaannya yang meluap-luap menjelang saat-saat balas dendamnya.
Tak peduli berapa banyak korban yang ada di pasukan Haurelia, bahkan Flandre sendiri menjadi salah satu korban itu, selama dapat membuka celah dalam pertahanan musuh, sisanya akan diserahkan pada perbedaan kekuatan militer.
Menurut perkiraannya, sepertinya hanya tinggal sedikit lagi pasukan Antrim mencapai batas untuk melawan pasukan Haurelia.
Pasukan Antrim berusaha menjaga garis depan dengan cerdik, tapi bahkan jika mereka berhasil menjaga garis depan, pasukan Haurelia tidak takut akan kehabisan pasukan. Pasukan Antrim dengan pasukan mereka yang jauh lebih sedikit akan menjadi yang pertama kali mencapai batas mereka.
“Serukan teriakanmu! Kemenangan sudah di depan mata kita!”
Di pertempuran sebelumnya, Flandre tidak diizinkan untuk meninggalkan markas.
Namun Flandre sebenarnya adalah komandan garis depan yang sangat hebat dibanding menjadi seorang jendral.
Walau ia mempelajari bagaimana menggunakan bawahannya setelah mendapat promosi, bakatnya untuk memimpin pasukan secara langsung digaris depan jauh lebih baik.
Pasukan Haurelia sudah tak punya waktu untuk menyimpan kekuatan mereka untuk menghadapi pertempuran selanjutnya.
Misinya hanyalah untuk menang. Untuk mencapai hal tersebut, dia harus terus maju bahkan jika dia harus membiarkan sekutunya mati.
Lalu Flandre menyadari kalau respon teriakan dari perkataannya sangat kecil.
“──Ada apa?”
Dia tak merasakan adanya semangat juang diantara para prajurit.
Pada awalnya, para prajurit dilatih untuk terus mengikuti semangat juang dari jendral.
Selama Flandre tetap berdiri di depan dan menunjukkan semangat pantang menyerah, para prajurit tidak akan kehilangan semangat selama mereka tidak menerima serangan yang sangat kuat dari musuh dan korban dipihak mereka tidak terlalu banyak.
Flandre merasa tidak nyaman yang bahkan membuat punggungnya menggigil ketika ia berbalik melihat para prajurit.
Mereka sangat kelelahan
Kelelahan akan datang tiga kali lebih cepat di medan perang dibanding saat melakukan aktifitas pada waktu damai, tapi bahkan dengan fakta tersebut, keadaan prajurit saat ini dimana mereka sulit untuk bernafas dan terlihat kesakitan sangatlah tidak normal.
Dengan keadaan mereka sekarang, mereka akan langsung kehabisan nafas jika mereka diperintahkan untuk terus maju.
Apa──Apa yang sedang terjadi?
Jawabannya tidak diketahui tidak peduli sebanyak apapun dia berpikir.
Haruskah dia memberikan semangat pada para prajurit sekali lagi untuk menaikan moral mereka?
Dengan bantuan sihir serangan, mereka saat ini sudah ada ditahap akhir, dia tak memiliki tambahan waktu untuk memberikan pasukannya istirahat.
Namun dengan keadaan prajurit yang seperti ini, dia tak dapat membayangkan kalau serangan mereka akan memberikan dampak yang berarti──.
Flandre tiba-tiba merasakan sakit kepala yang sangat menusuk ketika ia sedang berpikir tentang masalah para prajurit.
Dia merasa kepalanya akan pecah, seperti ada sebuah batu yang jatuh diatas kepalanya. Rasa sakitnya terasa dari ujung kepala sampai ujung kakinya.
“Ini...”
Flandre terhuyung tapi ia dapat tetap berdiri, namun para bawahannya jatuh satu persatu.
“Uuuuuhhh.....!”
Tak diketahui kenapa para prajurit berjatuhan. Pergolakan juga menyebar diantara para penyihir dibagian belakang.
──Jangan bilang? Lagi?
Tak ada yang lebih buruk dari serang yang tak diketahui untuk menurunkan moral.
Tak peduli seberapa kuat serangan itu, pasti akan ada cara untuk menangkalnya.
Namun jika mereka bahkan tidak tau apa yang terjadi pada mereka, sudah pasti tidak akan ada cara untuk menangkalnya. Tak ada yang lebih memalukan dan menakutkan dibanding ini.
*
“Yosh, kelihatannya berjalan dengan baik.”
Pasukan garda depan tentara Haurelia mulai berjatuhan. Baldr senang melihat hal itu.
Musuh yang tidak diketahui yang menggerogoti tubuh mereka saat ini hanyalah karbondioksida biasa.
Sebenarnya sejak beberapa jam yang lalu, Baldr telah menfermentaasikan ragi, garam, gula, dan air untuk membuat karbondioksida yang sangat murni. Dia perlahan menggunakan sihir untuk membuat karbondioksida meresap kedalam tubuh pasukan Haurelia.
Pemandangan air ditanah yang mengeluarkan gelembung karbondioksida seperti lukisan abstrak yang menggambarkan undangan ke neraka.
Karbondioksida itu mengarah ke pasukan Haurelia, dan diwaktu yang bersamaan para penyihir membuat konveksi udara jadi karbondioksida tidak akan menyebar.
Jika serang sihir blade of wind digunakan untuk melukai manusia, musuh akan langsung menyadarinya jika adalah serangan yang menggunakan sihir, tapi tak akan ada yang berpikir kalau angin yang lembut yang terasa seperti hembusan adalah sebuah serangan.
Selain itu, hal yang membuat prajurit Haurelia pingsan bukanlah sihir itu sendiri.
Keracunan karbondioksida disebabkan oleh karbondioksida yang terdapat di udara, meski begitu gejalanya cukup berat seperti keracunan gas pada umumnya.
Normalnya, hanya sekitar 0.04% dari udara yang mengandung karbondioksida.
Tapi karena pengaruh dari gas vulkanik atau yang mirip dengan itu persentasenya mencapai sekitar 4%, dampak seperti sakit kepala, mual, detang jantung yang cepat, dan yang lainnya akan mulai muncul pada tubuh manusia.
Ketika persentasenya mencapai 10%, gejala seperti telinga berdengung, pusing, menggigil dan yang lainnya akan mulai muncul. Lalu mereka akan pingsan dalam waktu satu menit.
Ketika persentase mencapai 20%, manusia dapat pingsan hanya dalam beberapa detik, dan ketika mencapai lebih dari 30%, dimungkinkan untuk manusia mati kurang dari beberapa detik.
Dampak itu tidak lebih lemah dari racun gas terkenal seperti Sarin atau VX Gas.
Terlebih lagi karbondioksia tidaklah berasa, berbau, berwarna, dan transparan. Banyak kasus dimana orang baru akan menyadarinya ketika tubuh mereka tak dapat digerakkan dan kemudian mati keracunan.
Dalam arti tertentu, karbondioksida dapat diartikan sebagai sesuatu yang bahkan lebih menakutkan dibanding racun gas pada umumnya.
“Ugh...Sulit dibayangkan....!”
Walaupun para penyihir dapat memanipulasi angin untuk membuat karbondioksida berkumpul di depan pasukan Haurelia, tapi jangkauan karbondioksida terlalu luas.
Dengan karakteristik sihir dimana dampak sihir akan berkurang semakin jauh jaraknya, seluruh penyihir Antrim perlu menggunakan seluruh kekuatan mereka jadi mereka dapat menunda dampak karbondioksida.
Jika mereka memiliki penyihir sepuluh kali lebih banyak, mereka akan dapat memindahkan karbondioksida ke seluruh pasukan Haurelia, tapi sayangnya dengan pasukan mereka saat ini, yang terbaik yang dapat mereka lakukan adalah memindahkan karbondioksida ke garda depan musuh.
Meski begitu, tak ada satu pun yang tidak merasa takut setelah melihat orang-orang berjatuhan tak berdaya diatas tanah tanpa tau sebabnya,
Dan diatas semua itu, Baldr percaya kalau dia telah berhasil meraih tujuannya untuk menghancurkan moral musuh.
Yang tersisa adalah....
*
“Naik ke kuda! Kita pergi keluar!”
Baldr berteriak
Jika ia menambahkan kekacauan pada ketakutan musuh, musuh akan hancur dengan sendirinya.
Pasukan kavaleri tetaplah yang terkuat diseluruh cabang pasukan bahkan sampai sekarang ketika mereka datang menyerang.
Dapat dikatakan kalau hasil pertempuran akan ditentukan dengan berapa banyak serangan yang dapat mereka daratkan kepada musuh.
Untuk melakukan hal itu, Baldr menyisakan satu spot di bagian sayap kanan dimana kubangannya tak terlalu dalam dan memungkinkan untuk kuda berlari melewati itu.
Semuanya hanya demi satu serbuan ini──.
“HAHAHA! Jadi kini giliran ku sudah tiba!”
Mattis menggunakan satu tangan untuk mengayunkan tombak yang terlihat berat yang sepertinya dua kali lebih berat dibanding tombak rata-rata.
“I-itu bahaya Mattis-sama! Tolong lakukan itu pada musuh saja!”
Ketegangan Mattis telah memuncak setelah menunggu lama untuk gilirannya. Baldr memperingatkan Mattis dengan sedikit kesal.
Mereka hanya memiliki sekitar 300 kavalri meskipun mereka semua adalah pasukan elite, dan mereka akan pergi menyerang formasi musuh yang berjumlah puluhan ribu orang.
Kemungkinan mereka dapat kembali dalam keadaan hidup tidak lah tinggi.
Dan lagi, Mattis dapat menjaga semangat juangnya tetap tinggi tanpa ikut bertempur. Seperti yang diharapkan dari hasil pengalaman tempur Mattis.
Bahkan Baldr tak dapat merasa tidak terbebani seperti Mattis.
“Menjadi yang pertama kali menyerang puluhan ribu musuh, ini benar-benar adalah keinginan terpendam dari seorang pejuang! Biarkan aku berterima kasih, Baldr-dono!”
Mattis tertawa dapat merasa cemas.
Bertarung bersama penyelamat putrinya dan putra dari sahabatnya melawan musuh yang layak dengan takdir negara dipundak mereka.
Sekarang bukanlah waktu untuk cemas tentang hidup dan matinya. Dia hanya perlu menunjukkan kemampuan miliknya dan bertarung untuk apa yang ia ingin lindungi.
Mattis mengangkat tombaknya tinggi-tinggi dan mengangguk perlahan.
“SERAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAANG!
Dengan satu perintah dari Baldr, Kaveleri Antrim menjadi seperti sebuah panah dan mulai menyerbu pasukan Haurelia.
(T/N: SASAGEYOOOO!)
*
Dikelilingi oleh bawahannya yang pingsan dan seluruh tubuhnya mengigil kedinginan, mata Flandre terlihat merah.
“BANGSAT-! Apa yang terjadi disini!?”
“Yang mulia.....tolong! saya tak bisa....kesadaran saya...”
“Kendalikan dirimu! Hm? Tunggu? Aku pikir aku juga memiliki gejala yang serupa entah dimana....”
Keadaan dari bawahannya yang tadi terjatuh ke tanah dengan bunyi “gedebuk” secara tidak sadar membuatnya teringat akan kenangan lamanya.
“Ini.... Ketika aku masih muda.... Jadi begitu! Ini seperti yang terjadi ketika kita pergi ke gunung berapi Benalilith!”
Ketika Flandre berumur dua puluh tahun, dia dan bawahannya mendaki gunug berapi Benalilith untuk pelatihan. Empat bawahan Flandre meninggal dengan sebab yang tak diketahui di gunung.
Ia menduga kalau mereka mati karena suatu racun yang ada di gunung berapi, dan gejala waktu itu sangat mirip dengan apa yang terjadi sekarang.
“Ini sihir musuh! Hentikan sihir serangan dan rapalkan Magic Cancel! Cepat!”
Dia mengerti sekarang. Dia tak tau bagaimana, tapi pasukan Antrim menyebarkan racun yang sama seperti yang ada di gunung berapi. Melihat hanya garda depan yang terkena efeknya, tak dapat dipungkiri kalau musuh menggunakan sihir angin untuk mengumpulkan racun itu di satu tempat.
“Seperti biasa, bajingan itu tak dapat melakukan apapun selain perbuatan tercela seperti ini!”
Flandre menghina dan berhasil menghalangi kavaleri Antrim untuk menyerbu melewati jalan ini.
Namun meski dengan Magic Cancel, mereka tak dapat menyebarkan karbondioksida.
Flandre menusuk perutnya dengan tombaknya untuk entah bagaimana menjaga kesadarannya dan ia menggertakkan giginya.
“Semuanya yang dapat mendengar suara ku, ikuti aku! Siapapun yang masih sadar, gigit lidahmu dan terus berjuang! Kemenangan ada di tangan kita!”
Flandre menggerakkan tangan dan kakinya yang terasa berat seperti timah dan mendekati Baldr selangkah demi selangkah. Dia sangat yakin akan kemenangan pihaknya.
Flandre sebelumnya sudah mengira kalau hal seperti akan terjadi meski ia tidak tau secara spesifik.
Sangat mudah untuk membayangkan dari perang sebelumnya kalau Baldr akan melancarkan serangan yang berada diluar pemahaman mereka untuk memberikan dampak yang sangat besar pada pasukan garda depan.
Itulah kenapa, Flandre sudah menyiapkan tindakan balasan untuk melawan hal itu.
“──Ini kemenangan kita! Kau iblis sialan!”
(T/N: Iblis disini itu Baldr.)
*
Pasukan Haurelia terguncang melihat jatuhnya para garda depan.
“Apa-apaan.... Kenapa mereka semua terjatuh?”
“Ini bukan perbuatan manusia.....tapi iblis.”
Kemungkinan itu adalah respon saat mereka tau penyebabnya. Dan meski jika mereka tak dapat melakukan tindakan balasan apapun, setidaknya mereka dapat menerima kenyataan.
Namun jika penyebabnya adalah hal yang menakutkan, akan sangat sulit bagi hati dan pikiran mereka menerima kenyataan.
Tetapi teriakan Flandre yang seperti amukan binatang buas, memberikan nafas kehidupan bagi sekutunya yang sedang gelisah.
“JANGAN TERTIPU! PADA AKHIRNYA MUSUH HANYA PENIPU YANG HEBAT DALAM MENIPU-!”
Dia tak dapat menjelaskan penyebabnya secara detail.
Tapi Flandre sudah melihat hampir keseluran skema Baldr.
Flandre sudah mulai dapat bernafas dengan baik dan dia baru saja berdiri setelah mengumpulkan seluruh tekadnya untuk melawan rasa lelah yang menyerang seluruh tubuhnya.
Flandre berharap dapat berlari dan mengejar Baldr, tapi kenyataanya ia hanya dapat berjalan perlahan langkah demi langkah.
Meski ia dapat mengejar Baldr sekalipun, sudah jelas ia belum dalam keadaan yang siap bertarung.
Meski begitu Flandre terus berjalan dengan darah menetes dari perutnya. Para prajurit juga mengikuti komandan mereka di belakangnya.
Mereka terlihat seperti melakukan prosesi kematian yang menuju ke neraka.
Flandre belum kehilangan semangat juangnya bahkan sekarang di mana ia berada diambang kematian. Ia membayangkan kegigihannya itu membuat Baldr dan pasukannya merasa ngeri.
“Hahahahaha...”
Flandre tertawa.
Khayalan yang ia rasakan setelah selamat dari kematian itulah yang membuat Flandre terus maju.
Dia tak tahan melihat bajingan itu meraih kemuliaan dari kemenangan.
Wajah putus asa dengan mayat dari orang-orang yang harus ia lindungi mati sia-sia. Itulah satu-satunya masa depan yang cocok untuk bajingan itu.
Prajurit, kita sudah menang! Kita menang! Punggung Baldr merasa mengigil ketika ia melihat Flandre yang menyeringai tanpa takut.
“──Ada sesuatu yang aneh?”
Misi Baldr adalah menyerbu camp utama pasukan Haurelia.
Dia tak punya waktu untuk bertukar kata dengan orang seperti Flandre. Itu hanya akan membuang-buang waktu yang dapat membahayakan sekutunya. Tapi Baldr mempercayai instingnya dan memperlambat lajunya.
“Apa kau berencana untuk memusnahkan pasukan garda depan dengan menggunakan trik yang tidak dapat dipahami? Apa kau pikir kau berhasil menimbulkan teror pada para prajurit dan mulai mengambil inisiatif menyerang? Jangan banyak lagak kau bocah sialan!”
Bagaimana ia menyembunyikan kekuatan seperti itu?
Flandre melaju seperti peluru meski dengan wajah yang pucat seperti mayat.
“──Awas! Baldr-dono!”
Mattis merasakan kekuatan tidak normal dan mereka berdua berpencar.
Flandre tak punya kekuatan untuk melawan mereka berdua. Dan juga tak ada tanda-tanda pasukan akan membantunya.
Tak butuh waktu lama, Baldr menyadari situasi tanpa menunggu jawaban dari Flandre.
“Jadi kau menyadarinya! Itu benar, dari awal pasukan garda depan yang aku pimpin hanyalah pasukan sekali pakai yang terdiri dari kumpulan tawanan dan narapidana! Jika situasi terburuk terjadi, kami akan membiarkan para pasukan garda depan itu seperti mereka tak pernah ada dari awal dan melakukan serangan balasan. Keputusan itu diambil oleh dewan perang kami!”
Flandre tertawa dengan keras.
Dia akhirnya berhasil membalas dengan serangan fatal pada Baldr setelah terus menerus dikalahkan.
“Bagaimana? Pasukan kami belum menerima kerugian sedikitpun! Dari sekarang kau akan menghadapi pasukan Haurelia yang belum terluka sedikitpun!”
Dengan ini ia akan dapat menunjukkan wajahnya pada Lannes dan yang lainnya di alam baka.
Kesadaran Flandre telah mulai meninggalkan tubuhnya untuk pergi ke alam baka.
Namun kakinya tak berhenti bergerak dan teriakan perang yang keluar dari mulutnya belum juga berhenti.
“Meski kau itu musuh, kau hebat sekali!”
Flandre meneriakan teriakan perang dengan menggunakan kegigihan yang ada di tubuhnya. Mattis menusukkan tombaknya ke tubuh Flandre.
“.....Aku pergi duluan....ke neraka....dan menunggumu sampai disana.”
“Ya, aku tak ingin mengatakannya tapi──pertempuran ini adalah kekalahanku.”
Flandre jatuh perlahan. Baldr sudah tidak lagi melihat kebelakang untuk menyaksikan momen terakhirnya.
Dibanding hal itu ada hal yang harus ia lakukan terlebih dahulu.
“Pasukan! Lemparkan seluruh bahan peledak! Tak peduli apapun jangan lihat ke belakang! Mundur dalam kecepatan penuuuh!”
Seluruh tubuh Baldr dibasahi dengan keringat dingin. Dia seperti merasa kalau tali kendali kudanya akan lepas dari tangannya.
Seperti yang telah diduga oleh Flandre kalau Baldr akan melakukan beberapa trik dan Flandre pun mengumpulkan para tahanan untuk menghancurkan trik itu meski ia harus terbunuh oleh musuh atau dalam keadaan terburuk terbunuh oleh sekutunya sendiri.
Pemberontakan sekutunya akan lebih kecil jika sudah diketahui dari awal kalau mereka hanya akan digunakan sebagai bidak sekali pakai.
Tekad dan keberanian Flandre untuk menghadapi kematian membuat pasukan Haurelia dapat dengan cepat memulihkan diri dari pemberontakan para tahanan.
Lalu seperti yang sudah rencanakan, pasukan Haurelia mulai memborbardir dengan menggunakan banyaknya penyihir mereka.
“──Tundukkan kepalamu! Jangan berhenti tak peduli apapun yang terjadi bahkan jika kau terluka”
Grenade meledak dengan suara yang keras dan cahaya yang menyilaukan sebelum sihir para penyihir Haurelia ditembakkan.
Lalu disisi lain ledakan, kerikil tajam diarahkan kepada Baldr dan sekutunya.
Di camp utama pasukan Haurelia, sudah terdapat garis pertahanan yang terdiri dari tombak yang menyerupai tembok dan garis penghalang dari sihir serangan yang diperintahkan untuk tetap siap tak peduli apapun yang terjadi pada pasukan garda depan Flandre.
Semuanya telah disiapkan hanya untuk saat ini, untuk menjatuhkan Baldr dalam keputusasaan ketika ia selangkah lagi mencapai kemenangan.
(T/N: Baldr gajadi comeback wkwkw.)
“Sangat bagus Flandre. Dengan ini kau dapat membersihkan kehormatanmu!"
Raja Louis meneteskan air mata melihat bawahannya yang setia mati di pertempuran.
Meski Flandre sudah dicap sebagai jendral dari pasukan yang kalah, dia tetaplah seorang jendral veteran yang telah mendukung militer kerajaan Haurelia untuk bertahun-tahun.
Ketika ia mendengar rencana ini dari Flandre, ia berpikir mungkin Flandre telah kehilangan akal sehatnya.
Dia juga bertanya jika itu baik-baik saja untuk pasukan Haurelia dengan jumlah yang luar biasa untuk melawan sekadar taktik hina.
Tapi melihat hasilnya, pasukan Antrim menggunakan taktik yang benar-benar keluar dari norma, jika mereka ceroboh, akan ada resiko pasukan mereka akan menerima dampak yang sangat besar meski belum melakukan kontak dengan pasukan musuh.
Dan kemudian disana juga terdapat pasukan garda depan yang sudah menjadi mayat. Bahkan sampai sekarang mereka masih tak dapat mengerti bagaiman cara hal itu terjadi.
Pada akhirnya jika mereka tidak mendapatkan peringatan dari Flandre, akankah Louis sendiri dapat menjaga semangat juangnya saat itu.....?
Dia dapat menjaga moralnya karena ia telah menegaskan pada dirinya sendiri dari awal untuk situasi semacam ini.
Sekarang, pertama kalinya Louis dapat mengerti apa yang dirasakan Flandre yang dikalahkan Antrim di pertempuran.
──Itu menakutkan dan ia menolak terhadap sesuatu seperti itu yang berada diluar pemahamannya.
Yang menakutkan bukanlah senjata yang tidak diketahui seperti flamethrower dari meracuni menggunakan karbonidioksida.
Louis secara insting takut terhadap jalan berpikir Baldr yang dapat menggunakan senjata semacam itu untuk mempengaruhi mental musuh dan menghancurkan rantai komando musuh tanpa memberikan musuhnya waktu untuk berpikir.
Hal itu bukanlah apa-apa selain penolakan terhadap pertempuran yang lazim sampai sekarang yang diputuskan dengan kemampuan diantara prajurit melawan prajurit, dan jendral melawan jendral.
Ini hanyalah contoh ekstrimnya, jika pemikiran Baldr sampai ketitik paling ekstrim, mungkin saja pertempuran lazim yang disebutkan tak akan digunakan lagi jika musuh menggunakan pertahanan seperti yang mengesankan atau menyebarkan rumor tanpa dasar untuk menurunkan moral, atau menggunakan sejumlah pasukan kecil untuk melakukan gangguan.
Untuk Kerajaan Haurelia yang didirikan dengan kekuatan bersenjata yang digunakan para infanteri mereka sejak zaman kuno, menyadari metode yang digunakan Baldr sama saja seperti menolak identitas mereka sendiri.
“──Bunuh bocah itu.”
Tentu itu adalah hal yang baik untuk menangkapnya dan mendapatkan informasi yang berharga darinya, tapi setelah itu Louis tak punya keinginan untuk membiarkan Baldr hidup.
Bahkan jika Baldr kabur sampai kebagian terdalam Mauricia, ia akan tetap mengejarnya sampai keujung dunia dan menangkapnya.
Itulah yang paling tidak yang dapat ia lakukan untuk hadiah kepada Flandre yang memimpin para tahanan yang sangat sulit dikenalikan dan bahkan membuat mereka terlihat seperti prajurit seutuhnya sebagai seorang komandan veteran yang dibanggakan.
“Kepung mereka! Hancurkan kesombongannya menjadi beberapa bagian!”
*
“──Nyalakan api ke minyak. Kita tak dapat mempertahankan tempat ini lagi.
Mengikuti instruksi Baldr, persiapan minyak telah terbakar dan menyebar keseluruh kubangan.
Dengan ini, pasukan Haurelia tak akan dapat melanjutkan pengejaran mereka.
“Perintahkan prajurit untuk menyergap mereka. Sisanya mundur sampai ke kastil Gawain.”
Baldr memberikan instruksi seolah olah segala hal berjalan sesuai rencananya, tapi didalam hatinya penuh dengan keputusasaan.
Melancarkan serangan tak terlihat menggunakan karbondioksida, dan kemudian mengalihkan perhatian komandan utama musuh ketika dampak mentalnya masih terasa.
Itulah rencana Baldr untuk meraih kemenangan sambil mengumpulkan jiwanya.
Namun hasilnya menyedihkan.
Saat ini mereka mendapatkan hasil dari pertempuran melawan garda depan pasukan Haurelia yang berjumlah ribuan orang.
Tapi ketika kebenarannya terungkap, garda depan itu hanyalah kumpulan tahanan sementara pasukan utama pasukan Haurelia tidak terluka sedikitpun
Sebagai tambahan rahasia dari serangan itu telah diketahui dan cara yang sama tak akan dapat digunakan lagi.
Dapat dikatakan kalau Flandre berhasil membalaskan dendamnya pada Baldr.
Baldr tak dapat menemukan ide baru untuk membalikkan perbedaan kekuatan mereka.
(Apa yang harus kulakukan sekarang──apa yang harus dilakukan?)
Meski kemenangan sebelumnya juga sebagian besar adalah faktor keberuntungan
Saat ini ia tak menyangka akan ditipu oleh Flandre, tapi itu tak mengubah fakta kalau Antrim kalah.
Baldr melanjutkan memberikan semangat pada sekutunya sampai sekarang dijalan menuju kastil Gawain, tapi ia tak dapat memberikan semangat pada dirinya sendir.
*
“──Haruskah kita mengejar?”
“Biarkan mereka. Setelah api ini padam kita akan menyebrangi kubangan itu dan bersiap untuk berkemah.”
“Sesuai keinginan anda.”
Walaupun mereka harus menggunakan cara yang biadab, pasukan Haurelia akhirnya dapat mengalahkan pasukan Antrim.
(T/N: Yaiyalah satu kota lawan satu negara.)
Sepertinya ketakutan terhadap pasukan Antrim yang menjamur pada pasukan Haurelia telah mulai hilang.
Pasukan iblis mempermainkan pasukan Haurelia yang berjumlah puluhan ribu orang dengan mereka hanya ribuan orang.
Namun ketika topeng mereka dibuka, musuh tidak lebih dari manusia yang akan mati jika mereka ditebas.
Hasil terbaik dari pertempuran ini adalah para komandan dan pasukan dapat mengkonfirmasi ulang fakta tersebut.
“Kita akan menikmati pesta makan malam pada malam ini. Lagipula hidup mereka hanya tinggal beberapa hari lagi.”
Jika kubangan dan pertahanan jaring besi ini berhasil diterobos, tak akan ada pertahanan lain yang berarti sampai ke kastil Gawain.
Mereka tetap tak dapat meremehkan musuh, tapi bocah itu pasti sudah tak memiliki trik tersembunyi lagi.
Buktinya sangat mudah, mereka langsung mundur hanya karena serangan kavaleri mereka dihalangi.
“Hahaha.... Akhirnya. Akhirnya kau bajingan sialan akan dapat mengetahui apa itu keputusasaan!”
Louis tatapan gelap dan melihat ke atas langit barat dimana matahari terbenam.
Langit berwarna merah cerah seperti darah yang membangkitkan keinginan Louis untuk membalas dendam dan menyiksa dengan kejam.
***
“Tu-tunggu! Salil-san, kau mau pergi kemana?”
Salil dan Carlyle adalah prajurit diantara pasukan Antrim yang sedang mundur menuju kastil Gawain di bawah langit gelap.
Mereka berdua meninggalkan parit setelah menerima perintah untuk mundur ke kastil Gawain. Mereka berjalan lurus ke barat dengan mengandalkan cahaya remang-remang dari matahari yang sedang terbenam, tapi barisan pasukan semakin menyebar setelah langit semakin gelap. Lalu salil tiba-tiba pergi dari jalur yang diperintahkan.
“Carlyle, dengarkan aku. Kita hanya akan mati jika kita tidak pergi dari sini.”
“A-apa kau mengatakan kalau kita harus lari? Meninggalkan rekan-rekan kita?”
“Apakah kau tidak memiliki orang yang menunggumu kembali ke rumah? Hasilnya sudah jelas dari pertempuran tadi siang. Kita kalah di pertempuran ini.”
Berdasarkan pengalamannya, salil samar-samar mengerti seberapa banyak yang telah dipertaruhkan oleh Baldr pada penyerangan terakhir.
Mustahil untuk memulihkan hal kegagalan tersebut dengan hanya metode biasa.
Tak perlu dikatakan lagi. Pihak mereka sedang dalam kerugian yang luar biasa dan tak ada harapan untuk pasukan bantuan tiba tepat waktu.
Kemungkinan besar, mereka akan pergi ke kastil Gawain hanya untuk menunjukkan tekad mereka sampai akhir. Itu hanya akan menjadi pertempuran tanpa kemungkinan menang sedikitpun.
Salil mengatakan kalau mereka harus kabur sebelum hal itu dilakukan.
“Untungnya hari akan segera malam. Jika kita mengatakan kalau kita terpisah karena gelapnya malam, tak akan ada siapapun yang menyalahkan kita. Selain itu kau naif jika kau berpikir kalau semua orang hanya akan pergi ke kastil itu dengan patuh, Carlyle.”
“Kau berkata....kalau ada orang-orang yang melarikan diri juga?”
Carlyle menjadi pucat dan menggelengkan kepalanya karena tidak percaya.
Namun Salil tau kalau dunia ini tidaklah selembut itu.
“Tak akan ada yang akan lari ketika kita masih memiliki peluang untuk menang. Tapi tak ada untungnya jika kekalahan kita adalah hal yang sudah pasti. Gaji para prajurit biasa tidak cukup untuk meminta mereka untuk menemani atasan mereka bunuh diri. Itu akan jadi hal yang bagus apabila terdapat paling tidak setengah dari pasukan tetap bersama para atasan.”
Dengan kata lain, seorang bangsawan seperti Baldr memiliki tugas untuk mengulur waktu melawan pasukan musuh sebagai pelindung kerajaan, tapi prajurit biasa yang aslinya hanyalah seorang penduduk biasa tak punya kewajiban sampai sejauh itu.
Prajurit kabur dari kekalahan di medan tempur adalah pemandangan yang sangat biasa.
“Bagaimana bisa kau mengatakan kalau tuan sudah kalah!?”
Untuk Carlyle, sosok Baldr adalah orang yang sangat sulit dikalahkan.
Dia membawa kemamkmuran pada Antrim dan juga kemenangan yang dapat dianggap sebagai keajaiban.
Dia tak dapat menerima kalau salil mengatakan kalau Baldr sudah kalah hanya setelah memutuskan mundur satu kali.
“Kau tak mengerti ya, dasar bocah....”
Baldr sudah berencana mengakhiri perang hari ini.
Meski Salil tidak mengetahui strateginya secara detail, paling tidak ia mengerti paling tidak sebagian dari strategi itu.
Itulah kenapa dia entah bagaimana dapat merasakan penderitaan dan keputusasaan Baldr yang mendalam dan sebenarnya ia ingin memberikan Baldr kata-kata semangat.
“Tak akan ada trik sulap tanpa rahasia di belakangnya. Jika seluruh trik sudah habis, maka hanya tinggal kenyataan yang menunggu. Sejujurnya bahkan aku ingin tuan untuk menang. Lagi pula aku adalah penduduk Kerajaan Mauricia.”
“Kalau begitu, ayo lakukan yang terbaik sekali lagi! Jika kita semua bekerja sama, aku yakin kita dapat bertahan sampai pasukan bantuan tiba.....!”
“Tak akan ada pasukan bantuan yang akan datang. Jika sekutu kita akan datang, maka dari awal tuan akan memilih untuk pergi ke kastil sendirian."
Salil kagum dengan angan-angan dan antusias Carlyle yang memang umum diantara para anak muda.
Meski Carlyle saat ini masih memiliki waktu dimana ia masih dapat menggebu-gebu seperti ini.
Namun sayangnya kenyataan tak sebaik itu untuk membiarkan anak muda itu memiliki mimpi yang indah.
“Aku akan bertarung saat kita memiliki peluang unutk menang. Tapi aku akan menolak jika aku diminta untuk ikut berperang sampai kita dimusnahkan, Carlyle, jika kau akan tetap bersama tuan seperti ini, kau akan menemaninya sampai ke liang kubur. Apa kau tidak apa-apa seperti itu?”
Mereka sudah memberikan dampak yang sangat besar pada musuh.
Dari pengalaman Salil, kemungkinannya sangat tinggi kalau pasukan Antrim tak akan dimaafkan bahkan jika mereka menyerah.
Salil percaya kalau hanya kematianlah yang akan menunggu jika kita pergi ke kastil Gawain tanpa rencana apa-pun.
“──Meski begitu, aku akan pergi bersama tuan.”
Salil meragukan telinganya mendengar jawaban Carlyle.
“Aku telah melihat banyak melihat anak muda yang mengikuti idealisme mereka dan membuang hidup mereka sampai sekarang. Apa kau tidak apa-apa mati disini?”
“Aku takut mati.....Sebenarnya aku tak punya rencana untuk mati tapi....Aku sudah ditolong oleh tuan, jadi kali ini adalah giliranku untuk melindunginya!”
Tanpa Baldr, Antrim tidak akan memiliki kemakmuran dan pasti sudah diduduki oleh Haurelia sejak lama sekali. Carlyle pasti sudah mati dari awal pertempuran.
Karena seluruh rencana sudah dipakai sampai sekarang, mereka harus melindungi Baldr sampai ia mendapatkan ide baru. Itulah peran Carlyle sebagai seseorang yang selalu saja dilindungi sampai sekarang.
“......Upah kita tak cukup untuk itu.”
“Aku tau. Tapi, ini adalah masalah ikatan antara tuan dan para penduduk.”
Seperti halnya tuan feudal mereka mempertaruhkan nyawa demi melindungi penduduk, para penduduk juga akan menanggapi dengan mempertaruhkan hidup mereka untuk melindungi tuan feudal yang baik yang telah melindungi kehidupan mereka.
Itu adalah sesuatu yang Salil yang telah hidup lama sebagai prajurit tak dapat pikirkan.
“Salil-san, terimakasih atas segalanya sampai sekarang. Tetaplah aman.”
“Dasar idiot, tolol!”
Salil meninju kepala Carlyle dengan keras sampai Carlyle kesakitan. Dan kemudian dia menendang tanah.
“Aku tak akan membiarkan anak muda pamer begitu saja. Akan ada saatnya ketika kehormatan lebih penting daripada hidup.”
0 Komentar
Stay with Liscia Novel #Romcom