“Kecoak?”
“Kecoak.”
“...”
"Ada tiga disana."
"Itu cukup banyak."
“Itu adalah kekalahan jumlah. Aku terpaksa pergi keluar.”
“Ini...”
Saat suaraku terdengar, wajah tachibana menegang.
“Yang menakutkan dari kecoak adalah kalau kau berpikr hanya
ada satu, tapi sebenarnya ada banyak. Apakah kamu mengerti tentang itu?”
“Meski ada beberapa, itu menjijikan, tidak menakutkan.”
“Meski begitu, aku tidak bisa tidur di tempat seperti itu.
Aku tidak tau dimana mereka berada, makannya aku berdiri diluar sini.”
Aku paham, sekarang aku mengerti bagaiman situasinya.
Jika kecoak bersembunyi, sulit untuk menemukan mereka lagi.
Dan kemungkinan ada beberapa.
Itu tidak bisa diabaikan.
Sekarang itulah masalahnya.
“Apa yang akan kamu lakukan?”
“Aku sedang memikirkannya. Sialnya, cukup dingin hari ini.”
Sebelum aku menyadarinya, tachibana telah sepenuhnya
menutupi dirinya dengan jaketku.
“Tidak bisakah kau menghubungi temanmu?”
“Aku hanya punya 2 teman yang bisa kuhubungi dalam situasi
seperti ini, namun tempat tinggal mereka berdua jauh dari sini. Dan ponselku
juga berada di dalam rumah.”
Aku bertanya-tanya apakah mereka adalah salah satu yang
kulihat di kelas pada hari itu. Salah satu dari mereka juga mungkin
pacarnya Kyoya, Hinata Satsuki.
Yang lainnya menggunakan kacamata dan berdiri dengan
Tachibana.
“Mengejutkannya, kau hanya punya beberapa teman.”
“Jumlah bukanlah mesalah. Keakraban dah kepercayaanlah yang
paling penting.”
Jawaban Tachibana sangat sempurma.
Yah, aku sepenuhnya setuju dengan itu.
Kyoya adalah satu-satunya orang yang kupanggil teman.
“Apa kau punya “Barusan?”
“Ba-ru-sa-n?”
“...kau tidak tahu apa itu Barusan?”
“Aku tidak tahu.”
Eh?! Benarkah?
Apa itu barusan? Itu adalah senjata terbaik untuk mengontrol
hama.
“Yah... dengan itu, kau bisa membasmi hama di rumahmu.”
“EH? Itu mengagumkan!”
“Ya, punyaku adalah model tanpa asap. Dengan begitu, alarm asap
di dalam bangunan tidak akan menyala, itu sangat cocok untuk apartemen.”
Tachibana nampaknya sangat terkesan dengan ucapanku.
Aku tidak pernah bermaksud mengatakan itu untuk
memperlihatkan kalau aku adalah orang yang luar biasa, tapi aku tidak merasa
mengatakan itua akan menyebabkanku terlihat keren.
“itu juga memakan waktu, sekitar 2 jam.”
“Hmm... 2 jam...”
Tachibana memikirkannya dengan serius ketika menaruh
tangannya di dagu.
Itu bukanlah waktu yang tidak masuk akal.
Tapi sekarang ketika kau memikirkannya, masalah baru akan
muncul.
“Pertama-tama, siapa yang akan melakukan itu? Dan dimana
kita harus menunggu?”
“Bagaimana cara kerjanya?”
“Kau hanya perlu menaruhnya di tengah-tengah ruangan lalu
menekan tombolnya. Oh, juga. Kau perlu menutupi TV, mengerti?”
Saat aku menanyai apakah dia mengeti atau tidak, dia
menggelengkan kepalanya.
Wajahnya memucat.
Tampaknya dia benar-benar membenci kecoak.
“Sekaramg kau tidak punya pilihan lain selain meminta
bantuan dari seseorang yang tidak takut terhadap kecoak. Apa kau mau memanggil
seseorang menggunakan ponselku?”
“tidak, aku tidak ingat nomor telepon temanku. Dan bukan ide
bagus untuk menelepon mereka pada saat-saat seperti ini.”
“Oh, aku mengerti... jadi...”
“...”
Kami berdua berdiri dalam keheningan.
Mungkin kami berdua memikirkan hal yang sama.
Artinya, apakah aku sebaiknya pergi sebagai gantinya.
Tapi, tak perlu dikatakan lagi, ada beberapa masalah disini.
Terutama, cuciannya...
(TN: Anda tau maling kancut/pakaian dalam, nah itu
maksudnya)
...
Ya,itu bukanlah ide bagus bagiku untukku memberikan saran.
Jika aku mengatakannya dengan cara yang salah, itu mungkin
akan tampak seperti aku mencoba mencari kesempatan dari situasi ini untuk
memasuki rumahnya.
Agar tidak terjadi kesalah pahaman, aku sebaiknya
menyerahkan keputusannya kepada Tachibana.
Sejenak setelah aku berpikir untuk tetap diam...
“Kusuba-san, aku minta maaf, tapi bisakah aku meminta
bantuanmu...”
Aku mengangguk secara refleks.
Tapi... apakah
ini benar-benar ide bagus?
<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>
Kalau ada kesalahan
translate silahkan bilang di komen.
Terimakasih udah
baca.
~Alfa~
<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>
0 Komentar
Stay with Liscia Novel #Romcom