Dengan tidak kembali ke biara ataupun penampungan, dan
dengan tidak melakukan registrasi ulang ke guild, “Amalia di masa lalu” telah mati, dan
dia sudah memutuskan untuk hidup sebagai Amalia yang baru.
Amalia adalah nama yang tidak asing di Kerajaan Leandra, dan
white magician dengan level menengah bukanlah hal langka di setiap negara. Jika
mereka tidak berhenti di kota yang besar dimana Guild berada, mereka
kemungkinan besar tak akan bertemu seserang yang tahu siapa Amalia sebenarnya.
‘meski kupikir itu
masalahnya... aku harus bisa hidup entah bagaimana, bukankah begitu?’
Dengan Yugo dipangkuannya, Amalia melihat keluar jendela, dengan
linglung.
Mereka dapat tinggal di penginaan untuk beberapa hari, tapi
uang mereka akan habis cepat atau lambat. Sebelum itu terjadi, mereka
memerlukan sebuah pekerjaan agar mereka punya sesuatu untuk dimakan.
Yugo kelihatannya merasa bertanggung jawab atas dirinya
sendiri, dengan berkata “Aku akan mendapatkan makananku sendiri”. Dia sedang dalam
wujud manusia dengan tujuan menyesuaikan diri dengan dunia manusia, tapi meski
dalam wujud yang menggemaskan. Dia bisa memakan daging mentah tanpa segan, jadi
kelihatannya dia berencana untuk berburu beberapa hewan di sekitar sini.
Walau begitu, meski permasalahan tentang biaya makan Yugo
telah terselesaikan, uang tetap dibutuhkan untuk keperluan makan Amalia dan
kebutuhan hidup lainnya, jadi Amalia perlu mencari cara untuk mendapatkan uang.
“untuk saat ini, mari kita lihat apa yang dapat kita lakukan
disini dengan menggunakan white magic milikku...”
“Kelihatannya di tempat ini tidak ada white magician sebagus
dirimu bu, jadi jika kamu menanyai orang sekitar, kamu mungkin dapat menemukan
sesuatu untuk dilakukan.”
Yugo, yang sedang bermain dengan mainan kayu, mendongak
keatas dan berbicara.
Meskipun umur Yugo yang sebenarnya kelihatannya cukup tua,
dia mencoba mengubah perilakunya seperti anak kecil sejak dia memutuskan untuk
hidup bersama dengan Amalia. Semua yang dilihat oleh Yugo merupakan hal baru baginya, dan dia dengan semangat mempelajari mainan yang diberikan oleh pemilik
toko serba ada di hari lain. Perilakunya tidak berbeda layaknya anak manusia
pada umumnya, dan melihat perilakunya yang seperti ini menghangatkan hati dan
menenangkan jiwa Amalia.
Amalia tersenyum saat dia mengelus rambut halus Yugo.
“Kau benar. Kupikir aku akan menanyai mereka sekarang.”
“Bisa aku pergi bersamamu?”
“Itu baik-baik saja, tapi kau perlu berpelikaku seperti anak
kecil. Dan jangan tiba-tiba mengatakan ‘Apa yang kau lakukan padaku, kau pria
kasar?’”
Yugo mengembungkan pipinya dan mengeluh, tapi tentu saja dia
memang benar. Dia punya catatan yang bersih.
Sehari sebelum kemarin, ketika mereka makan di ruang makan
penginapan, Amalia terlibat dengan pria muda dari desa. Penginapan juga menjadi
kedai pada sore hari, jadi para pria muda berkumpul disini setelah mereka
menyelesaikan pekerjaan mereka.
Dia berada di usia yang sama seperti Amalia, sekitar umur
dua puluhan, dan kelihatannya dia telah banyak minum. Dia tiba-tiba
menghampiri Amalia, yang sedang makan bersama dengan Yugo, lalu merangkul pundak
Amalia. Pada saat itu, Yugo terkejut. “Apa yang kau lakukan kepada Amalia
sialan?” dia menggeram dengan suara rendah.
Beruntungnya, semua orang disekitar mereka juga sedang mabuk.
Walaupun mereka menatap kearah mereka dengan curiga, Amalia dengan buru-buru
memperbaiki situasi dengan mengatakan, “Aku mempunyai putra,” dan memeluk Yugo,
yang pada akhirnya menyerah dan kembali ke tempat duduknya.
Hari berikutnya, mereka bertemu dengan pria muda itu dan dia dengan
sopan meminta maaf kepada Amalia, dengan berkata, “Maafkan aku atas apa yang
terjadi kemarin malam”. Pada saat yang sama, Amalia dengan santai
menanyainya tentang apakah dia mengingat kesalahan Yugo, namun dia mengatakan
“Aku tidak mengingat apapun karena aku terlalu mabuk”, jadi dia mengelus
dadanya, karena merasa lega.
Mungkin karena itulah Yugo tampak sedikit tidak
nyaman, tapi dia telah melalui situasi berbahaya itu sekali, jadi dia tidak
mungkin melakukan kesalahan yang sama.
Setelah bersiap, Amalia meninggalkan kamar dengan Yugo.
Mereka sudah berteman dengan penjaga penginapan, yang memberitahu mereka untuk
berhati-hati ketika mereka pergi.
Saat mereka meninggalkan penginapan, angin musim gugur
berhembus lembut, membelai lambut Amalia.
Sudah setengah bulan berlalu, sejak satu dekade Amalia di
dinggalkan oleh Alphonse dan yang lainnya.
Sepuluh tahun adalah waktu yang lama, tapi mungkin karena
itu berlalu ketika dia berada di Dunia Iblis, perbedaanya tidak terlalu terasa seperti
yang seharusnya dia rasakan.
‘Tapi kupikir itu akan
terasa sangat berbeda jika aku dapat melihat biara dan guild.’
Alasan kenapa dia tidak merasakan perbedaan waktu yang
berjalan mungkin karena Polk, tempat dimana Amalia sekarang berada, baru saja didirikan
tima tahun lalu. Meski berpikir kalau dia tidak merasakan apapun ketika melihat
pedesaan yang berdiri dan berkembang ketika dia tidak ada, itu tentu saja
berbeda dengan perasaan familiar dengan tempat tertentu.
‘Kesampingkan tentang
guild, aku ingin agar semua orang di biara dan penampunan tahu kalau aku
selamat, tapi... itu juga sulit.’
Dengan menghela nafas, dia menggenggam tangan Yugo. Yugo kelihatannya tertarik oleh daun yang berguguran di kakinya, menendang mereka
dengan sepatu kecilnya dan memandangi mereka dengan kagum saat mereka
bergemerisik.
Amalia pergi ke balai kebaktian Polk. Dia diberitahu kalau
tempat ini bukanlah desa yang sebenarnya, jadi tidak ada kepala desa, tapi
daripada itu terdapat perwakilan yang mengurus tempat ini.
Perwakilan biasanya bekerja secara berotasi, dan rotasi itu
terjadi setiap enam bulan. Perwakilan saat ini adalah Bruno, pemilik dari toko
serba ada yang membantu kebutuhan harian Amalia dan teman-temannya setiap hari.
“Klinik... aku mengerti. Yah, kami tidak punya fasilitas
semacam itu disini.”
“Apa yang kau lakukan ketika ada seseorang yang sakit atau
terluka sebelumnya?”
Ketika Amalia menanyakannya, Bruno menaruh tangannya di dagu
dan berpikir tentang itu.
Sudah lima tahun sejak desa didirikan, jadi bukan berarti
tidak ada satupun orang yang pernah terluka ataupun sakit selama ini. Tapi
disini tidak ada klinik, dan menurutnya, tak ada penduduk sekitar yang memiliki
kemampuan white magic.
“Kami menyetok sebanyak mungkin obat-obatan yang kami bisa,
dan ketika diperlukan, kami memanggil dokter ataupun white magician dari kota
tetangga. Walau begitu, itu tidak efektif karena memerlukan uang dan waktu.
Sebagai tambahan, ada beberapa orang yang melihat kesempatan dan mencoba
mengambil keuntungan dengan merampok.”
“...Aku mengerti.”
“Apakah Amalia berencana untuk menetap disini bersama Yugo?”
“Yah, itu belum... pasti. Meski aku memutuskan untuk
mengundurkan diri menjadi petualang karena Yugo bersamaku, aku perlu tetap
bertahan hidup entah bagaimana caranya.”
Sejak dia tidak bisa mengatakan, “Sepuluh tahun telah
berlalu ketika aku berada di Dunia Iblis, dan registrasi guildku telah
diberhentikan,” dia mengatakan kalimat itu sebagai penjelasan yang masuk akal.
Walaupun lebih menguntungkan untuk membunuh iblis daripada menghasilkan uang sebagai white magician, itu tidak akan efisien untuk membunuh iblis jika dia tidak dapat mendaftar di guild, dan sejak dia mengalami pengalaman dikhianati oleh kelompok Alphonse, dia akan lebih baik tidak bergabung dengan party. Di tempat pertama, tidak mungkin Amalia, seseorang yang tidak bisa menggunakan black magic, bisa membunuh iblis seorang diri.
<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>
Kalau ada kesalahan
translate silahkan bilang di komen.
Terimakasih udah
baca.
~Alfa~
<<>><<>><<>><<>>-:<>:-<<>><<>><<>><<>>
0 Komentar
Stay with Liscia Novel #Romcom